Cari Blog Ini

Rabu, 26 Oktober 2022

Riba Diperbolehkan dalam Perkara Cinta

 



Riba Diperbolehkan dalam Perkara Cinta

“Riba diperbolehkan dalam perkara cinta. Orang yang memberimu satu cinta, maka balaslah cintanya dengan berlipat ganda.”

Shalawat

 



BERKAH DAN KEAJAIBAN SHOLAWAT


Syeikh Abu Bakar As-Sibli pernah mimpi bertemu tetangganya yang telah wafat. Beliau pun bertanya tentang apa saja yang dialami tetangganya itu. Berikut cerita yang beliau dengar dari tetangganya tersebut. Malapetaka besar menimpaku.


Aku tertegun dan keluh. Aku tidak mampu menjawab saat diberi pertanyaan2 Aku berkata dalam hati : bagaimana ini terjadi padaku. Bukankah aku mati dalam keadaan Islam? Lalu, ada suara yang berseru kepadaku : ini adalah azab bagi lidahmu yang tidak terjaga sewaktu hidup di dunia.


Saat dua malaikat mendekat dan hendak menangkapku, tiba-tiba ada seorang amat rupawan dengan bau harum yang melindungiku dari dua malaikat tersebut. Bahkan, ia juga membantuku mengingat jawaban yang harus ku ucapkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari malaikat.


Saat kutanya siapa sosok rupawan itu, diapun menjawab : “Aku adalah sosok yang diciptakan, karena banyaknya sholawatmu atas Nabi Muhammad ﷺ. Aku diperintahkan untuk membantu di setiap kesulitan yang kamu hadapi






Cinta

 Cinta



Jika seseorang mencintai orang tuanya,

Maka dia akan mengingat orang tuanya,

Lalu berbakti pada mereka, karna takut durhaka,


Jika seseorang mencintai ilmu,

Maka dia akan mengingat ilmu,

Lalu belajar, karna takut bodoh


Jika seseorang mencintai allah,

Maka dia akan mengingat allah,

Lalu mengerjakan apapun yang di perintahkan,

Karna takut siksanya,


Cinta yg semacam ini hendaknya ada di dalam

Hati kita, sebagai mana kita takut di tinggal kekasih yg di cintai, 

Maka begitulah takutnya kita di tinggal ketiganya,,,,

NABI MUHAMMAD SAW LAHIR TIDAK LEWAT KEMALUAN

 



NABI MUHAMMAD SAW LAHIR TIDAK LEWAT KEMALUAN


Dalam kitab Nihayatuz Zain karya Imam Nawawi Al-Bantani hal 12:


Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak dilahirkan melalui kemaluan, akan tetapi beliau dilahirkan melalui tempat yang berada di atas kemaluan dan di bawah pusar kemudian menjadi rapat kembali dalam sekejap.


Syekh Al-Qadhi -'Iyadl bekata; Sesungguhnya seperti halnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah kesemuanya para nabi dan para utusan.

Syekh al-Allamah at-Tilamsaniy berkata; Setiap nabi selain nabi kita shallallahu 'alaihi wasallam itu dilahirkan melalui tempat yang berada di atas kemaluan dan di bawah pusar. Sedangkan nabi kita itu dilahirkan melalui lambung bagian kiri di bawah tulang rusuk dan kemudian kembali rapat (menutup) pada waktunya, sebagai keistimewaan khusus baginya.

Maka tidak benar kutipan tentang dilahirkannya nabi melalui kemaluan begitu pula nabi-nabi yang lain. Dalam hal ini ulama' madzhab Malikiyah berpendapat untuk menghukum dgn berat orang yang mengatakan bahwa nabi kita dilahirkan melalui tempat keluarnya air kencing.


#MaulidBerkah

Mencintai dan dicintai


بسم الله الرحمن الرحيم...

MENCINTAI DAN DI CINTAI

إذا أحْببتَ الصالحين
JIKA kamu MENCINTAI orang-orang SHOLEH

 فاعلم أنّ فيك خير
MAKA ketahuilah bahwa di dalam DIRIMU ada KEBAIKAN

 وإذا أَحَبَّك الصالحون فاعلم أنّ فيك سِرٌّ 
DAN jika orang-orang SHOLEH MENCINTAIMU maka ketahuilah bahwa di dalam DIRIMU ada sirr (KEISTIMEWAAN)."





Hari santri seluruh Indonesia

Hari santri

Hari santri bagi seluruh Indonesia adalah hari yang paling di tunggu tunggu yaitu pada tanggal 22 Oktober tepatnya pada hari Sabtu. Kami dari Dayah Nufa (Nurul fata) mengucapkan selamat hari santri bagi seluruh rakyat Indonesia. Semoga jasa jasa santri yang telah terdahulu memperjuangkan Indonesia bisa kita ingat selalu bagaimana para Kiyai, ustadz ustadz memperjuangkan negara ini.

Manfaat daun Inai atau daun pacar

 Manfaat Daun Inai untuk Kuku

Daun inai menyimpan banyak manfaat, terutama untuk kuku, yuk simak beberapa manfaat nya


1. Sebagai Cat Ku

Daun inai lebih dikenal dengan nama pacar karena daun ini sering dijadikan sebagai pewarna kuku


Daun inai adalah daun yang asalnya bukan dari Indonesia, melainkan dari Afrika Timur dan Asia Bara


Bentuk daunnya tidak ada yang istimewa karena tampilannya mirip dengan daun-daun pada tanaman perdu lainnya


Daun inai yang memiliki nama ilmiah Lawsonia Inermis L. ini punya bentuk daun yang tegak dengan bentuk ujung yang agak meruncin


Di sela-sela daunnya akan ada bunga kecil berwarna putih. Bunga daun ini terbilang cukup wang


Tanaman ini juga memiliki buah kecil yang berbentuk bulat atau pipih tapi ukurannya cukup kecil.Daun inai memiliki nama lain yakni daun pacar karena banyaknya penggunaan sebagai pewarna kuku yang alam


Ini dikarenakan di dalamnya mengandung pewarna glukosid dan asid henotanik


Asid henotanik ini yang membuat bagian kulit atau kuku yang diberi daun inai akan berwarna merah oranye


Hanya dengan menggunakannya, Moms bisa mewarnai kuku secara alami tanpa bahan kimia sehingga aman untuk tubu


Selain untuk cat kuku, daun ini juga bisa dijadikan sebagai cat rambu


Namun, tentu saja rambut Moms nantinya akan berwarna orange kemerahan seperti warna pada cat kuk


Baca Juga: 10 Manfaat Minyak Lintah, Bisa untuk Hilangkan Jerawat


2. Sebagai Anti Jam

Selain sebagai cat kuku manfaat daun inai untuk kuku adalah sebagai anti jamur


Bagi Moms yang kukunya sering berjamur, tinggal gunakan saja daun inai sebagai salah satu alternatif pencegahanny


Menurut jurnal penelitian yang berjudul Pemanfaatan Daun Pacar (Lawsonia Inermis L) sebagai Anti Jamur pada Kuku menjelaskan, dalam daun inai terdapat senyawa anti fungi sehingga mampu membantu menghilangkan bakteri dan jamur yang muncul pada kuku.Manfaat Daun Inai untuk Kesehatan Tubuh

Selain untuk kuku, manfaat daun inai juga bisa berguna bagi kesehatan tubuh


Berikut ini beberapa khasiatnya untuk kesehatan yang perlu Moms ketahu


3. Mengobati Perut KembungDaun inai bisa membantu untuk mengobati perut kembung yang dikarenakan banyak hal, seperti konsumsi kafein berlebihan hingga stress.





Bagaimana Memilih Hobi




Bagaimana Memilih Hobi


كيف تختار مهنتك ؟
خلق الله الخلق مختلفين في أنفسهم، وفي قدراتهم، وفي أعمالهم؛ لتستقيم الحياة، ويخدم بعضهم بعضًا. قال الله تعالى: (أهم يقسمون رحمت ربك نحن قسمنا بينهم معيشتهم في الحياة الدنيا ورفعنا بعضهم فوق بعض درجات ليتخذ بعضهم بعضًا سخريًّا ورحمت ربك خير مما يجمعون).

والرزق يختلف من بيئة إلى بيئة، وهو متفاوت بين الأفراد. والبشر مسخر بعضهم لبعض؛ الفقير مسخر للغني، والغني مسخر للفقير ... يقول الرسول صلى الله عليه وسلم: "اعملوا فكل ميسر لما خلق له". ولو عمل الناس كلهم في مهنة واحدة؛ لتعطلت بقية مصالحهم، ولكن الله سخر بعضهم لخدمة بعض؛ وهذا يأتي من اختلاف المهن والأعمال؛ فالمزارع، على سبيل المثال، يحرث ويأكل من زرعه غيره من خباز، ومعلم، وطبيب ...، وهؤلاء بدورهم يخبزون له، ويعلمون أطفاله، ويعالجون المريض من أسرته، وهكذا.

كان الشباب في الماضي يتعلمون مهن آبائهم في الغالب؛ حتى إذا كبروا عملوا في هذه المهن؛ ولذا كان يغلب على بعض الأسر الارتباط بمهنة معينة، حتى إنهم قد يسمون (يعرفون) بها.

أما في العصر الحاضر، فقد تغير الأمر، وأصبحت أغلب المهن والأعمال مرتبط بالحكومات، أو الشركات الكبيرة. ويواجه الشاب أول حياته مشكلة اختيار المهنة، التي يرغب فيها، بعد انتهائه من الدراسة. وهذا قرار صعب، يحتاج إلى تفكير؛ لأن له آثاره المادية والنفسية على الشباب في مستقبل حياته، فكيف يختار الشاب مهنته؟

ينبغي أن يعرف الشاب أين يضع قدمه، قبل أن يختار لنفسه مهنة يعمل فيها، ويكسب عيشه منها. ينبغي أن يتعرف إلى صفات نفسه، وما لديه من نواحي القوة والضعف، وأن يتأكد من ميوله، ويعرف ما يحب من المهن، وما يكره. وإن صدق الإنسان مع نفسه، يعينه كثيرًا على اختيار مهنة المستقبل، وهو مطمئن إلى حسن الاختيار. وبعد أن يتعرف الشاب إلى نفسه وصفاته، ينبغي عليه أن يتعرف إلى عدد من المهن؛ ليختار منها ما يناسبه. وهذا أمر ليس سهلاً، فربما لا يجد المهنة التي تكون مناسبة له ولقدراته، ولا ستعداداته، وقد يجد الكثير من المهن مناسبة لميوله ورغباته.

لكي يصل الشاب إلى قرار سليم، يجب أن يكون مرنا، وأن يدرك أنه يستطيع أن يتقن مهنة معينة أكثر من سواها، وأن هناك مهنًا أخرى لا يقدر على إتقانها.

يحتاج الشباب إلى التدريب على المهنة، التي يعتقد أنها تناسبه،ـ وإلى اكتساب الخبرة فيها، حتى يحصل على المهارات الأساسية، والمعلمومات الخاصة بها، بطريقة عملية، وبذلك يعد نفسه للمهنة إعدادًا كافيًا. وتكثر المنافسة أحيانًا حول بعض المهن دون بعضها الآخر. وبعض المهن لها بريق، غير أن أجر العاملين فيها قليل، فيجب أن يكون الشباب على علم بذلك، حين يختار مهنته، وأن يعرف ميزات المهنة الحقيقية. والشباب الذي يعرف نفسه حق المعرفة، ويعرف الأعمال المختلفة، يصبح قادرًا على اختيار ما يناسبه من المهن، فيجيء اختياره قريبًا من الصواب.

وعلى كل شاب أن يدرك أن الصفات الشخصية تنمو، وأن الشاب قد يتغير في نفسه، ويتبع ذلك اختلاف رغباته وميوله، نتيجة لخبرة جديدة اكتسبها، أو ثقافة حصل عليه، أو معاشرته أناسًا لم يعاشرهم من قبل. ومن الخير للشاب في أثناء دراسته أن يهتم كثيرًا بالدرس والتحصليل، قبل أن يصل إلى مرحلة اختيار المهنة، وأن يضع لنفسه خطة مرنة، تسمح له بالتغيير والتصرف، حسبما يكتسب من خيرة وعلم.

Biografi lengkap Habib Umar bin Hafidz

Biografi Lengkap Habib Umar Bin Hafidz

Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz yang dilahirkan pada hari Senin, 27 Mei 1963 M, adalah seorang ulama dunia era modern. Al-Habib ‘Umar kini tinggal di Tarim, Yaman di mana dia mengawasi perkembangan di Dar-al Musthafa dan berbagai sekolah lain yang telah dibangun di bawah manajemennya. Dia masih memegang peran aktif dalam dakwah agama Islam, sedemikian aktifnya sehingga dia meluangkan hampir sepanjang tahunnya mengunjungi berbagai negara di seluruh dunia demi melakukan kegiatan-kegiatan mulianya itu.

Kehidupan awal

Dia terlahir di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim-ulama yang dihasilkan kota ini selama berabad-abad[2]. Dia dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya yang adalah seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Shaikh Abu Bakr bin Salim[2]. Ayahnya adalah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidupnya demi penyebaran agama Islam dan pengajaran Hukum Suci serta aturan-aturan mulia dalam Islam[2]. Ia secara tragis diculik oleh kelompok komunis dan diperkirakan telah meninggal[2]. Demikian pula kedua kakek dia, al-Habib Salim bin Hafiz dan al-Habib Hafiz bin Abd-Allah yang merupakan para intelektual Islam yang sangat dihormati kaum ulama dan intelektual Muslim pada masanya[2].

Nasab

Dia adalah al-Habib ‘Umar putera dari Muhammad putera dari Salim putera dari Hafiz putera dari Abd-Allah putera dari Abi Bakr putera dari‘Aidarous putera dari al-Hussain putera dari al-Shaikh Abi Bakr putera dari Salim putera dari ‘Abd-Allah putera dari ‘Abd-al-Rahman putera dari ‘Abd-Allah putera dari al-Shaikh ‘Abd-al-Rahman al-Saqqaf putera dari Muhammad Maula al-Daweela putera dari ‘Ali putera dari ‘Alawi putera dari al-Faqih al-Muqaddam Muhammad putera dari ‘Ali putera dari Muhammad Sahib al-Mirbat putera dari ‘Ali Khali‘ Qasam putera dari ‘Alawi putera dari Muhammad putera dari ‘Alawi putera dari ‘Ubaidallah putera dari al-Imam al-Muhajir to Allah Ahmad putera dari ‘Isa putera dari Muhammad putera dari ‘Ali al-‘Uraidi putera dari Ja’far al-Sadiq putera dari Muhammad al-Baqir putera dari ‘Ali Zain al-‘Abidin putera dari Hussain sang cucu laki-laki, putera dari pasangan ‘Ali putera dari Abu Talib dan Fatimah al-Zahra puteri dari Rasul Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Masa Kecil

Dia telah mampu menghafal Al-Qur'an pada usia yang sangat muda dan juga menghafal berbagai teks inti dalam fiqih, hadits, bahasa Arab dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk dalam lingkaran keilmuan yang dipegang teguh oleh begitu banyak ulama-ulama tradisional seperti Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab dan al-Shaikh Fadl Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di Ribath Tarim. Dia pun mempelajari berbagai ilmu termasuk ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya yang meninggal syahid, al-Habib Muhammad bin Salim, yang darinya didapatkan cinta dan perhatiannya yang mendalam pada da’wah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan dengan cara Allah SWT. Ayahnya begitu memperhatikan sang ‘Umar kecil yang selalu berada di sisi ayahnya di dalam lingkaran ilmu dan zikir.

Namun secara tragis, ketika al-Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya untuk sholat Jum‘ah, ayahnya diculik oleh golongan komunis dan sang ‘Umar kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan masih membawa syal milik ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Ini menyebabkan ‘Umar muda menganggap bahwa tanggung-jawab untuk meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang Da‘wah sama seperti seakan-akan syal sang ayah menjadi bendera yang diberikan padanya di masa kecil sebelum ia mati syahid. Sejak itu, dengan sang bendera dikibarkannya tinggi-tinggi, ia memulai, secara bersemangat, perjalanan penuh perjuangan, mengumpulkan orang-orang, membentuk Majelis-majelis dan da’wah. Perjuangan dan usahanya yang keras demi melanjutkan pekerjaan ayahnya mulai membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai dibuka bagi anak muda maupun orang tua di mesjid-mesjid setempat di mana ditawarkan berbagai kesempatan untuk menghafal Al-Qur’an dan untuk belajar ilmu-ilmu tradisional.

Dikirim ke kota Al Bayda

Dia sesungguhnya telah benar-benar memahami Kitab Suci sehingga dia telah diberikan sesuatu yang khusus dari Allah meskipun usianya masih muda. Namun hal ini mulai mengakibatkan kekhawatiran akan keselamatannya dan akhirnya diputuskan untuk mengirimnya ke kota Al-Bayda’ yang terletak di tempat yang disebut Yaman Utara yang menjadikannya jauh dari jangkauan mereka yang ingin mencelakai sang sayyid muda.

Di sana dimulai babak penting baru dalam perkembangannya. Masuk sekolah Ribat di al-Bayda’ dia mulai belajar ilmu-ilmu tradisional di bawah bimbingan ahli dari yang Mulia al-Habib Muhammad bin ‘Abd-Allah al-Haddar, semoga Allah mengampuninya, dan juga di bawah bimbingan ulama mazhab Syafi‘i al-Habib Zain bin Sumait, semoga Allah melindunginya. Janjinya terpenuhi ketika akhirnya dia ditunjuk sebagai seorang guru tak lama sesudahnya. Dia juga terus melanjutkan perjuangannya yang melelahkan dalam bidang Da‘wah.

Kali ini tempatnya adalah al-Bayda’ dan kota-kota serta desa-desa di sekitarnya. Tiada satu pun yang terlewat dalam usahanya untuk mengenalkan kembali cinta kasih Allah dan Rasul-Nya (shallahu 'alaihi wasallam) ke dalam hati-sanubari mereka semua. Kelas-kelas dan majelis didirikan, pengajaran dimulai dan orang-orang dibimbing. Usahanya yang demikian gigih menyebabkannya kekurangan tidur dan istirahat mulai menunjukkan hasil yang besar bagi mereka yang tersentuh dengan ajarannya, terutama para pemuda yang sebelumnya telah terjerumus dalam kehidupan yang kosong dan dangkal, namun kini telah mengalami perubahan mendalam hingga mereka sadar bahwa hidup memiliki tujuan. Mereka bangga dengan indentitas baru mereka sebagai orang Islam, mengenakan sorban/selendang Islam dan mulai memusatkan perhatian mereka untuk meraih sifat-sifat luhur dan mulia dari Sang Rasul Pesuruh Allah SWT

Perjuangan Da'wah

Sejak saat itu, sekelompok besar orang-orang yang telah mendapat sentuhan dakwahnya mulai berkumpul mengelilinginya dan membantunya dalam perjuangan da‘wah maupun keteguhannya dalam mengajar di berbagai kota besar maupun kecil di Yaman Utara. Pada masa ini, dia mulai mengunjungi banyak kota-kota maupun masyarakat di seluruh Yaman, mulai dari kota Ta'iz di utara, untuk belajar ilmu dari mufti Ta‘iz al-Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya yang mulai menunjukkan padanya perhatian dan cinta yang besar sebagaimana dia mendapatkan perlakuan yang sama dari Shaikh al-Habib Muhammad al-Haddar sehingga ia memberikan puterinya untuk dinikahi setelah menyaksikan bahwa dalam dirinya terdapat sifat-sifat kejujuran dan kepintaran yang agung.

Ibadah haji

Tak lama setelah itu, dia melakukan perjalanan melelahkan demi melakukan ibadah Haji di Mekkah dan untuk mengunjungi makam Rasulullah s.a.w di Madinah. Dalam perjalanannya ke Hijaz, dia diberkahi kesempatan untuk mempelajari beberapa kitab dari para ulama terkenal di sana, terutama dari al-Habib 'Abdul Qadir bin Ahmad al-Saqqaf yang menyaksikan bahwa di dalam diri ‘Umar muda, terdapat semangat pemuda yang penuh cinta kepada Allah dan Rasul-Nya s.a.w dan sungguh-sungguh tenggelam dalam penyebaran ilmu dan keadilan terhadap sesama umat manusia sehingga ia dicintai al-Habib Abdul Qadir salah seorang guru besarnya. Begitu pula dia diberkahi untuk menerima ilmu dan bimbingan dari kedua pilar keadilan di Hijaz, yakni al-Habib Ahmed Mashur al-Haddad dan al-Habib 'Attas al-Habashi.

Awal dikenal dunia

Setelah Perjalanan ke Hijaz, nama al-Habib Umar bin Hafiz mulai tersebar luas terutama dikarenakan kegigihan usahanya dalam menyerukan agama Islam dan memperbaharui ajaran-ajaran awal yang tradisional. Namun kepopuleran dan ketenaran yang besar ini tidak sedikit pun mengurangi usaha pengajarannya. Bahkan sebaliknya, ini menjadikannya mendapatkan sumber tambahan di mana tujuan-tujuan mulia lainnya dapat dipertahankan. Tiada waktu yang terbuang sia-sia, setiap saat dipenuhi dengan mengingat Allah dalam berbagai manifestasinya, dan dalam berbagai situasi dan lokasi yang berbeda. Perhatiannya yang mendalam terhadap membangun keimanan terutama pada mereka yang berada didekatnya, telah menjadi salah satu dari perilakunya yang paling terlihat jelas sehingga membuat namanya tersebar luas bahkan hingga sampai ke Dunia Baru.

Negara Oman akan menjadi fase berikutnya dalam pergerakan menuju pembaharuan abad ke-15. Setelah menyambut baik undangan dari sekelompok Muslim yang memiliki hasrat dan keinginan menggebu untuk menerima manfaat dari ajarannya, dia meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak kembali hingga beberapa tahun kemudian. Bibit-bibit pengajaran dan kemuliaan juga ditanamkan di kota Shihr di Yaman timur, kota pertama yang disinggahinya ketika kembali ke Hadramaut, Yaman. Di sana ajaran-ajaran dia mulai tertanam dan diabadikan dengan pembangunan Ribat al-Mustafa. Ini merupakan titik balik utama dan dapat memberi tanda lebih dari satu jalan, dalam hal melengkapi aspek teoretis dari usaha ini dan menciptakan bukti-bukti konkrit yang dapat mewakili pengajaran-pengajaranpada masa depan.

Pulang ke Tarim

Kepulangannya ke Tarim menjadi tanda sebuah perubahan mendasar dari tahun-tahun yang dia habiskan untuk belajar, mengajar, membangun mental agamis orang-orang di sekelilingnya, menyebarkan seruan dan menyerukan yang benar serta melarang yang salah. Pada tahun 1993 M atau sekitar 1414 H, al-Habib Umar mengabadikan ajaran-ajarannya dengan membangun Dar-al Musthafa atau Pondok Pesantren Darul Musthafa. Pesantren ini didirikan dengan tiga tujuan :

Mengajarkan berbagai disiplin ilmu keislaman secara bertatap muka(talaqqi) dan para pengajarnya adalah para ahli yang memiliki sanad keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan

Menyucikan diri dan memperbaiki akhlaq

Menyebarkan ilmu yang bermanfaat serta berdakwah menyeru kepada jalan yang dirihai Allah swt dan sesuai dengan apa-apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW serta para salafunassahlihin

Dar-al Musthafa menjadi hadiah dia bagi dunia, dan di pesantren itu pulalah ajaran para salafusshalihin diserukan, hingga menyebar ke seluruh penjuru dunia. Dalam waktu yang dapat dikatakan demikian singkat, penduduk Tarim akan menyaksikan berkumpulnya pada murid dari berbagai daerah yang jauh bersatu di satu kota yang hampir terlupakan ketika masih dikuasai para pembangkang komunis. Murid-murid dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Kepulauan Comoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Inggris, Pakistan, Amerika Serikat dan Kanada, juga negara-negara Arab lain dan negara bagian di Arab akan diawasi secara langsung oleh al-Habib Umar. Mereka ini akan menjadi perwakilan dan penerus dari apa yang kini telah menjadi perjuangan asli demi memperbaharui ajaran Islam tradisional pada abad ke-15 setelah hari kebangkitan. Berdirinya berbagai institusi Islami serupa di Yaman dan di negara-negara lain dibawah manajemen al-Habib Umar akan menjadi sebuah tonggak utama dalam penyebaran Ilmu dan perilaku mulia serta menyediakan kesempatan bagi orang-orang awam yang kesempatan tersebut dahulunya telah dirampas dari mereka.

Dakwah di Indonesia

Awal kedatangan Habib Umar ke Indonesia adalah pada tahun 1994. Dia diutus oleh Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf yang berada di Jeddah untuk mengingatkan dan menggugah ghirah (semangat atau rasa kepedulian) para Alawiyyin Indonesia, disebabkan sebelumnya ada keluhan dari Habib Anis bin Alwi al-Habsyi seorang ulama dan tokoh asal Kota Solo/ Kota Surakarta, Jawa Tengah tentang keadaan para Alawiyyin di Indonesia yang mulai jauh dan lupa akan nilai-nilai ajaran para leluhurnya.

Dakwahnya juga sangat dirasakan kesejukannya dan disambut dengan hangat oleh umat Islam di Indonesia. Masyarakat menyambutnya dengan sangat antusias dan hangat, mengingat bahwa kakeknya yang kedua, Al-Habib Hafidz bin Abdullah bin Syekh Abubakar bin Salim, berasal dari Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia. Dakwahnya yang sangat indah dan sejuk itu yang bersumber dan sang kakek Nabi Muhammad saw, sangatlah diterima oleh berbagai kalangan, baik pemerintah maupun rakyat, kaya ataupun miskin, tua ataupun muda.

Di Indonesia al-Habib Umar sudah beberapa kali membuat kerjasama dengan pihak bahkan pemerintah Indonesia, dalam hal ini Ditjen Kelembagaan Keagamaan Kementerian Agama Indonesia meminta pembuatan kerjasama dengan al-Habib Umar dan Dar-al Musthafa untuk pengiriman Sumber daya manusia yang berkualitas, khususnya para kiai pimpinan pondok pesantren untuk mengikuti program pesantren kilat selama tiga bulan di bawah bimbingan langsung al-Habib Umar. Sampai saat ini, banyak sudah santri-santri di Indonesia yang menuntut ilmu di pondok pesantren yang dia pimpin, Dar-al Musthafa di Hadhramaut, dan telah melahirkan banyak da’i yang meneruskan perjuangan dakwahnya di berbagai daerah di Indonesia.

Penghargaan & Kiprah Internasional

Pada tanggal 22 Februari sampai dengan 2 Maret 2003 (26-29 Dzul Hijjah 1423 H) di Dar-al Musthafa, Tarim dia merintis upaya persatuan dalam aktifitas dakwah, dengan mengadakan multaqa ulama atau simposium yang dalam pertemuan itu dihadiri oleh berbagai ulama dari belahan dunia, dan kemudian berlanjut pada pertemuan berikutnya di berbagai penjuru dunia dalam skala lokal maupun internasional

Habib Umar termasuk sebagai salah seorang penandatangan dari dua dokumen internasional yang berpengaruh, yaitu Risalah Amman pada tahun 2005, pada urutan tandatangan nomor 549, dan A Common Word (bahasa Inggris: A Common Word Between Us and You) pada tahun 2007 dalam urutan tandatangan nomor 42, yang keduanya ditandatangani oleh tokoh-tokoh Muslim dunia, termasuk diantaranya beberapa pemimpin Muslim Indonesia

Di Indonesia, Habib Umar mendeklarasi berdirinya Majelis Almuwasholah Bayna Ulama Al Muslimin atau Forum Silaturrahmi Antar Ulama pada tahun 1327 H / 2007 M.

Tahun 2009, New York Times menampilkan al-Habib Umar dan Darul Musthafa dalam salah satu pemberitaannya

Al-Habib Umar bin Hafizh termasuk salah satu dari 50 Urutan teratas dari The Muslim 500: The Wordl's 500 Most Influential Muslims (bahasa Inggris: The 500 Most Influental Muslims), yang diterbitkan oleh Center for Muslim-Christian Understanding, Georgetown University (bahasa Inggris: Georgetown University), Amerika Serikat, yang dipimpin oleh sarjana studi Islam ternama John Esposito[6][9](bahasa Inggris: John Esposito).

Daftar Kitab Karangan

Al-Habib Umar juga merupakan ulama yang produktif dalam menulis, di antara kitab karangan Ia adalah :

Is'af at Thalibi

Ridha al-Khalaq bi bayan Makarimal Akhlaq

Taujihat at-Thullab

Syarah Mandzumah Sanad al-'Ulwi.

adz-Dzakirah al-Musyarrafah(Fiqih)

Dhiyaullami'bidzikri Maulid an-Nabi asy-Syafi'(Maulid Nabi Muhammad SAW)

Khuluquna

Khulasoh madad an-nabawiy(Dzikir)

Syarobu althohurfi dhikri siratu badril budur

Taujihat nabawiyah

Nurul iman(Aqidah)

Almukhtar syifa alsaqim

Al washatiah

Mamlakatul qa’ab wa al ‘adha’

Muhtar Ahadits (Hadits)

Durul Asas (Nahu)

Tsaqafatul Khatib (Panduan Khutbah)

Kitab Maulid adh-Dhiya' al-Lami' merupakan karya al-Habib Umar paling monumental yang berisi syair pujian terhadap Rasulullah SAW, ummat islam Indonesia telah banyak mengenal dan membaca karya ini, yang juga mengenalnya dengan Maulid al-Habib Umar.

Sejarah Maulid Adh Dhiya Ulami

Maulid Adh-Dhiya Ullami (Cahaya Yang Terang Benderang). Kitab yang disusun oleh al-Musnid al-Habib Umar bin Muhammad Al-Hafizh ini merupakan Kitab Maulid mutakhir.

Di suatu malam Al Musnid Habib Umar bin Hafidh memanggil salah seorang muridnya, lalu diperintahnya membawa pena dan kertas, seraya berkata : "Tulis..”, lalu ia mengucapkan maulid Dhiya’ullami' itu mulai sepertiga malam, dan sebelum waktu subuh telah selesai.

Maulid ini mulia, karena angka-angkanya disebutkan menuliskan sejarah Nabi SAW, bait-bait shalawat pembukanya berjumlah 12 yang melambangkan kelahiran Nabi SAW yg tanggal 12 rabiul awal.

Alinea pertamanya dipadu dari 3 surat, yaitu surat Al-fath, surat At-taubah dan Surat Al-Ahzab. 3 surat ini melambangkan kelahiran Nabi Saw adalah pada bulan tiga, yaitu rabiul awal, alinea pertama hingga Qiyam jumlahnya 63 yaitu melambangkan usia Nabi SAW 63 tahun, maulid ini angka-angkanya memperhitungkan sejarah Nabi SAW, tahun Hijrah Nabi SAW, jumlah sahabat dll.

al-Habib Umar yang ahli dalam bahasa, syairnya bukan hanya Maulid Dhiya’ullami’, namun lebih dari seribu alinea syair telah diterbitkan dari ucapannya dengan jumlah yang mencapai ratusan ribu bait.

Dia digelari Al Musnid, didasarkan karena setiap menyebut hadits, dia mampu ataupun hafal menyebut sanadnya hingga Nabi SAW atau kutubusshahih.

Perhatian

 



PERHATIAN...!!!!! 

UNTUK SEMUA ORANG MUSLIM WA MUSLIMAH


APABILA SHOLAT IMAMNYA PECI HITAM

MAKA SHOLAT ANDA TIDAK SAH..!!!!


HATI HATI...

Isim Mufrod, Isim Mutsanna dan Isim Jamak




Isim Mufrod, Isim Mutsanna dan Isim Jamak

Pada bagian sebelumnya kita telah belajar tentang klasifikasi Isim berdasarkan pada Jenisnya. Pada kali ini kita akan belajar bersama-sama tentang klasifikasi Isim berdasarkan Jumlahnya. Dalam Bahasa Arab Isim dibagi 3 jenis, yaitu bentuk tunggal, dual, dan jamak. Hal ini sedikit berbeda dengan Bahasa Inggris, dalam Bahasa Inggris hanya ada bentuk tunggal dan jamak saja.

Menurut Jumlahnya, Isim dibagi menjadi Tiga jenis, yaitu :

Pertama adalah Isim Mufrod, Isim Mufrod adalah Isim yang berjumlah tunggal atau satu. Bentuk dasar dari Isim adalah mufrod. Jika Anda mencari arti dari suatu kata benda di Kamus, Kata yang Anda temukan adalah kata tunggal atau disebut Isim Mufrod.

Kedua adalah Isim Mutsanna. Isim Mutsanna adalah Isim yang berjumlah Dua. Isim Mutsanna ini dapat dibuat dengan menambahkan Alif dan Nun di belakang Isim Mufrod.

Isim Mufrod Isim Mutsanna
بَيْتٌ rumah 1 buah بَيْتَانِ rumah 2 buah
بَابٌ pintu 1 buah بَابَانِ pintu 2 buah
مَدْرَسَةٌ sekolah 1 buah مَدْرَسَتَانِ sekolah 2 buah
سَاعَةٌ jam 1 buah سَاعَتَانِ jam 2 buah
مَسْحِدٌ masjid 1 buah مَسْحِدَانِ masjid 2 buah
 

Ketiga adalah Isim Jamak. Isim Jamak adalah Isim yang berjumlah Tiga atau lebih. Isim Jamak dibagi menjadi Tiga macam, yaitu: Jamak Mudzakkar Salim, Jamak Muannats Salim, dan Jamak Taksir. Mengenai jenis-jenis Isim Jamak akan kita bahasa pada bagian selanjutnya.

 

 

Isim Muannats dan Isim Mudzakkar




Isim Muannats dan Isim Mudzakkar

Pada bagian ke-4, kita sudah belajar tentang Isim. Pada bagian ini dan beberapa bagian selanjutnya kita akan belajar tentang pembagian Isim berdasarkan kategori tertentu. Pada kali ini kita akan belajar tentang pembagian Isim menurut Jenisnya.

Menurut jenisnya, Isim dibagi menjadi dua, yaitu Isim Mudzakkar dan Isim Muannats.

Isim Mudzakkar adalah Isim yang dianggap "Laki-laki". Lantas apa saja ciri-ciriIsim Mudzakkar? Secara singkat ciri Isim Mudzakkar adalah:

A. Isim yang TIDAK berakhiran Ta' Marbuthah (ة). Contohnya adalah :

Rumah بَيْتٌ
Guru مُدَرِّسٌ
Meja مَكْتَبٌ
Buku كِتَابٌ
Pintu بَابٌ
 

B. Isim yang menunjukkan laki-laki (walaupun berakhiran Ta' Marbuthah),

Contohnya:

Keterangan Arti Isim
Nama Orang Usamah أُسَامَةٌ
Nama Orang Muawiyah مُعَاوِيَةٌ
Nama Orang Hamzah حَمْزَةٌ
 

Isim Muannats adalah isim yang menunjukkan "Perempuan". Berikut adalah Ciri-ciri dan contoh Isim Muannats :

- Isim berakhiran Ta' Marbuthah.

- Nama Kota/Negara/Daerah

- Menunjukkan nama Perempuan walaupun tidak berakhiran Ta' Marbuthah.

- Jamak Taksir

 

Contohnya sebagai berikut:

Isim berakhiran Ta' Marbutoh sekolah مَدْرَسَةٌ
jam سَاعَةٌ
Nama Perempuan fatimah فَتْمَى
lisa لِيْسَى
Nama Negara Indonesia إِنْدُوْنِسِيَا
Amerika أَمْرِيْقَا
Jamak Taksir Buku-Buku كُتُبٌ
Meja-Meja مَكَاتِبُ
 

Apakah Jamak Taksir itu? Jamak Taksir adalah kata yang menunjukkan benda jamak (lebih dari 2) dan tidak ada pola yang teratur dalam pembentukannya. Lebih jelasnya akan kita bahas pada bab berikutnya.

 

 

Macam-Macam Jama'





Macam-Macam Jama'

Kita telah belajar pembagian Isim berdasarkan Jumlahnya. Berdasarkan Jumlahnya Isim dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Isim Mufrod, Isim Mutsanna, dan Isim Jamak.

Isim Jamak adalah Isim yang digunakan untuk menunjukkan kata benda yang berjumlah lebih dari Dua alias Tiga keatas. Jadi Isim Jamak kita gunakan untuk menyatakan misalnya : Meja 3 buah, kursi 4 buah, Rumah 9 buah dan lain sebagainya.

Isim Jamak terdiri atas Tiga Jenis, yaitu:

 

A. Jamak Mudzakkar Salim

Jamak Mudzakkar Salim adalah jenis isim jamak yang digunakan untuk menyatakan bentuk jamak dari isim mudzakkar yang bentuknya mengikuti suatu pola yang pasti. Cara membuat Jamak Mudzakkar Salim adalah dengan menambahkan huruf wawu dan nun di belakang Isim Mufrod atau bentuk tunggalnya. Lebih jelasnya perhatikan beberapa contoh berikut :

No Isim Mufrod Jama' Mudzakkar Saliim
1 مُسْلِمٌ مُسْلِمُوْنَ
2 مُؤْمِنٌ مُؤْمِنُوْنَ
3 حَاضِرٌ حَاضِرُوْنَ
4 كَافِرٌ كَافِرُوْنَ
5 مُنَافِقٌ مُنَافِقُوْنَ
 

B. Jamak Muannats Saliim

Jamak Muannats Salim adalah jenis jamak yang digunakan untuk menyatakan bentuk jamak dari Isim Muannats yang bentuknya mengikuti suatu pola yang pasti. Cara membuat Jamak Muannats Salim adalah denga menambahkan huruf Alif dan ta’ di belakang Isim Mufrodnya. Perhatikan contoh berikut:

No Isim Mufrod Jama' Muannats Saliim
1 مُسْلِمَةٌ مُسْلِمَاتٌ
2 مُؤْمِنَةٌ مُؤْمِنَاتٌ
3 حَاضِرَةٌ حَاضِرَاتٌ
4 كَافِرَةٌ كَافِرَاتٌ
5 مُنَافِقَةٌ مُنَافِقَاتٌ
 

C. Jamak Taksir

Jamak Taksir adalah bentuk jamak yang tidak ada pola pasti dalam pembentukannya. Berbeda dengan dua jenis jamak terdahulu yang mempunyai cara pasti dalam membuat bentuk Jamaknya. Jadi jenis Jamak ini harus kita hafalkan bentuk jamak dari masing-masing Isim.

No Isim Mufrod Jama' Taksir
1 مَكْتَبٌ مَكَاتِبُ
2 كِتَابٌ كُتُبٌ
3 كُرْسِيٌّ كَرَاسِيٌّ
4 أُسْتَاذٌ أَسَاتِذُ
5 قَلَمٌ أَقْلاَمٌ
 

Demikianlah jenis-jenis Jamak dalam Bahasa Arab.

 

 

Shalawat Munjiyat

Shalawat Munjiyat

Shalawat merupakan salah satu dzikir yang sangat dianjurkan untuk dibaca secara istiqamah oleh siapa pun. Memperbanyak membaca shalawat diyakini dapat mempermudah terkabulnya hajat yang diinginkan oleh seseorang. Perintah untuk membaca dzikir shalawat ini, salah satunya ditegaskan dalam Al-Qur’an:

إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya” (QS. Al-Ahzab: 56)

Bershalawat kepada Nabi bisa dilakukan hanya dengan melafalkan kalimat shallallâhu alâ Muhammad. Namun rupanya banyak sekali bacaan-bacaan shalawat dalam berbagai macam pelafalan dengan penamaan yang berbeda-beda. Salah satu bacaan shalawat yang sering diamalkan dan dibaca adalah Shalawat Munjiyat. 

Adapun lafal Shalawat Munjiyat secara lengkap adalah sebagaimana berikut:

اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الْأَهْوَالِ وَالْآفَاتِ، وَتَقْضِيْ لَنَا بِهَا جَمِيْعَ الْحَاجَاتِ، وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ، وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَى الدَّرَجَاتِ، وَتُبَلِّغُنَا بِهَا أَقْصَى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِيْ الْحَيَاةِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ

Allâhumma shalli ‘alâ Sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âli Sayyidinâ Muhammadin shalâtan tunjînâ bihâ min jamî’il ahwâli wal âfât wa taqdhî lanâ bihâ jamî’al hâjat wa tuthahhirunâ bihâ min jamî’is sayyiât wa tarfa’unâ bihâ ‘indaka a’lad darajât wa tuballighunâ bihâ aqshal ghâyat min jamî’il khairâti fil hayâti wa ba’dal mamât

“Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan shalawat itu, Engkau akan menyelamatkan kami dari semua keadaan yang menakutkan dan dari semua cobaan; dengan shalawat itu, Engkau akan mengabulkan hajat kami; dengan shalawat itu, Engkau akan menyucikan kami dari segala keburukan; dengan shalawat itu, Engkau akan mengangkat kami ke derajat paling tinggi; dengan shalawat itu pula, Engkau akan menyampaikan kami kepada tujuan yang paling sempurna dalam semua kebaikan, ketika hidup dan setelah mati.” Arti dari Shalawat Munjiyat sendiri adalah “Shalawat Penyelamat”. 

Penamaan bacaan shalawat di atas tidak terlepas dari kronologi ‘terciptanya’ bacaan shalawat tersebut yang berasal dari sebuah peristiwa yang dialami oleh salah satu orang ‘arif. Berikut kronologinya:

قال بعض العارفين كنت في مركب فعصفت علينا الريح فأشرفنا على الغرق فرأيت النبي صلى الله عليه وسلم في منامي فقال قل لهم يقولون اَللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الْأَهْوَالِ وَالْآفَاتِ، وَتَقْضِيْ لَنَا بِهَا جَمِيْعَ الْحَاجَاتِ، وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ، وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَى الدَّرَجَاتِ، وَتُبَلِّغُنَا بِهَا أَقْصَى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِيْ الْحَيَاةِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ فاستيقظت فقلناها جميعا فسكن الريح بإذن الله تعالى

“Sebagian orang arif berkata: ‘aku berada di kapal, kemudian badai berembus kencang, hampir saja menyebabkan kami tenggelam. Lalu aku (tertidur dan) melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mimpi, beliau bersabda: Katakan pada mereka ‘Bacalah doa Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin shalâtan tunjînâ bihâ min jamî’il ahwâli wal âfât wa taqdhî lanâ bihâ jamî’al hâjat wa tuthahhirunâ bihâ min jamî’is sayyiât wa tarfa’unâ bihâ ‘indaka a’lad darajât wa tuballighunâ bihâ aqshal ghâyat min jamî’il khairâti fil hayâti wa ba’dal mamât, lalu aku terbangun dan kami ucapkan bacaan sholawat tersebut, lalu angin pun terdiam atas seizin Allah ta’ala,” (Abdurrahman bin Abdissalam Ash-Shafuri, Nudhah al-Majâlis wa Muntakhab an-Nafâis, hal. 284). Dalam kitab lain, yakni kitab al-Fajr al-Munir fi as-Shalat ala al-Basyir wa an-Nadzir, menyebutkan lebih jelas bahwa orang arif yang dimaksud dalam referensi di atas adalah salah satu pemuka tarekat Syadziliyah, yakni Syekh As-Shalih Musa ad-Dlarir. Sebagaimana disampaikan dalam referensi berikut: 

Syekh Shalih Musa ad-Dharir rahimahullah mengabarkan kepadaku bahwa beliau mengendarai perahu, lalu berkata: “Badai yang dikenal dengan sebutan Aqlabiyah menyerang kami, sangat sedikit orang yang selamat dari tenggelam sebab badai tersebut. Manusia berteriak karena khawatir akan tenggelam. Lalu aku diserang rasa kantuk, hingga akhirnya aku tertidur. Dalam mimpi Aku melihat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: ‘Katakan pada penumpang perahu, agar mereka membaca shalawat berikut: ‘Allâhumma shalli ‘alâ Sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âli Sayyidinâ Muhammadin shalâtan tunjînâ bihâ min jamî’il ahwâli wal âfât wa taqdhî lanâ bihâ jamî’al hâjat wa tuthahhirunâ bihâ min jamî’is sayyiât wa tarfa’unâ bihâ ‘indaka a’lad darajât wa tuballighunâ bihâ aqshal ghâyat min jamî’il khairâti fil hayâti wa ba’dal mamât.’ Lalu Aku terbangun dan aku beritakan pada penumpang perahu tentang mimpi yang aku alami, kami pun membaca shalawat tersebut, dan ketika mencapai sekitar bilangan 300, badai pun reda,” (Syekh Umar bin ‘Ali bin Salim al-Fakihani, al-Fajr al-Munir fi as-Shalat ala ala al-Basyir wa an-Nadzir, hal. 25) 

Shalawat Munjiyat ini biasa dilafalkan pada awalan bacaan doa-doa, khususnya pada saat bacaan doa tahlil. Masyhur sekali bahwa doa yang diawali dengan membaca shalawat munjiyat ini akan cepat terkabulkan, tentu atas seizin Allah subhanahu wa ta’ala. Selain itu, bacaan shalawat munjiyat juga dianjurkan untuk dibaca sebagai dzikir pada saat setelah melaksanakan shalat hajat, dengan harapan agar hajat yang diinginkan segera terpenuhi. 

Shalawat Munjiyat juga banyak tercantum dalam wirid-wirid dan hizib-hizib yang biasa diamalkan di banyak pesantren. Hal ini menunjukkan betapa dahsyatnya keutamaan membaca Shalawat Munjiyat ini. Namun meski begitu, akan lebih afdhal jika dalam mengamalkan shalawat munjiyat atas petunjuk dari seorang guru (mujiz) yang mengarahkan kita untuk mengamalkan membaca shalawat munjiyat, agar kadar bacaan yang kita amalkan dapat lebih efektif dan proposional. 



Cerita dari seorang pedagang



Cerita Hikmah Pedagang yang Bertaubat Berkat Istrinya


Al Imam Hasan Al-Bashri Ra berkata: “Aku mendatangi seorang pedagang kain di kota Mekkah untuk membeli baju, aku lihat si pedagang mulai memuji-muji barang dagangannya dan suka sekali bersumpah.

Aku pun meninggalkannya dan berkata di dalam hati, "Tidaklah layak membeli dari orang macam itu." Lalu aku pun membeli baju dari pedagang lain.

2 tahun berlalu, aku pergi lagi ke kota Mekkah untuk berhaji dan aku bertemu lagi dengan pedagang itu.

Tetapi, aku tidak lagi mendengarnya memuji-muji barang dagangannya dan dia tidak lagi suka bersumpah.

Aku pun penasaran Lalu bertanya kepadanya :

“Bukankah engkau adalah orang yang 2 tahun lalu pernah berjumpa denganku?”

Setelah mengingat pedagang itupun berkata:
“Iya, benar."

Aku bertanya lagi: “Apa yang membuatmu berubah seperti sekarang ini? Aku tidak lagi melihatmu memuji-muji barang daganganmu dan kamu tidak lagi bersumpah."

Pedagang itu pun bercerita:
“Dulu aku punya istri yang jika aku datang kepadanya dengan sedikit rizqi, ia meremehkannya dan jika aku datang dengan rizqi yang banyak ia menganggapnya sedikit. Lalu Allah mewafatkan istriku tersebut, dan akupun menikah lagi dengan seorang wanita, yang Jika aku hendak pergi ke pasar, ia memegang bajuku lalu berkata:

“Wahai suamiku.. bertaqwalah kepada Allah! janganlah sekali-sekali engkau beri makan aku kecuali dengan yang thayyib (halal). Jika engkau datang dengan sedikit rezeqi, aku akan menganggapnya banyak, dan jika kau tidak mendapatkan apa-apa, maka aku akan membantumu memintal kain.”

Hikmah:
1. Milikilah sifat Qana’ah (bersedia menerima) atau jiwa yang selalu merasa cukup.

2. Janganlah menjadi jurang dosa bagi suamimu. Wanita salihah akan mendorong suaminya kepada kebaikan, sedangkan wanita kufur akan menjadi pendorong bagi suaminya untuk berbuat dosa.

3. Ukuran rizki itu terletak pada keberkahannya, bukan pada jumlahnya.

Sumber 📚 : Kitab al-Mujaalasah wa Jawaahirul ‘Ilm (5/252) karya Abu Bakr Ahmad Bin Marwan bin Muhammad ad-Dainuri al-Qodhi al-Maliki.

Teguran yang menyayat hati

TEGURAN KERAS KEPADA ORANG YANG HANYA MODAL CINTA PADA NABI & ORANG² SHALEH

Hasan Al-Basri berpesan: "Wahai anak Adam, janganlah kamu tertipu dengan ucapan seseorang yang berkata:


الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

Seseorang itu bersama orang yang di cintainya.
Fahamilah.. Kalian tidak akan bisa berkumpul dgn orang² sholeh kecuali dengan beramal seperti amalan mereka, karena orang² Yahudi dan Nasranipun mencintai nabi² mereka, akan tetapi mereka tidaklah bersama para nabi mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa hanya dengan modal cinta tanpa adanya kesamaan dalam sebagian amal atau seluruh amal dengan orang yang dicintainya itu tidaklah memberikan manfaat kepada pecintanya.
Sumber: Kitab Ihya Ulumuddin juz 2 hal 160. Maktabah Syamilah

Kisah pemuda langit Uwais al-Qarni

GEMBEL DI BUMI TERKENAL DI LANGIT

Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.

“Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji,” pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.

Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. “Uwais gila.. Uwais gila…” kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.

Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka’bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa. “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais. “Bagaimana dengan dosamu?” tanya ibunya heran. Uwais menjawab, “Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga.”

Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.

Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka’bah karena Rasullah SAW berpesan “Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua.”

“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan).” (HR. Bukhari dan Muslim)

CERITA KEHIDUPAN UWAIS AL QORNI

Pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.

Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.

Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.

Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.

Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”

Betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.

Uwais Ai-Qarni Pergi ke Madinah

Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.

Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.

Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.

Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”

Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”

Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?

Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.

Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do’a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta do’a pada kalian.”

Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Pandangan Rasulullah Terhadap Uwais Al Qarni

Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- menggambarkan tentang Uwais Al Qarni, beliau bersabda, "Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya Allah mencintai di antara makhlukNya para sahabat yang tersembunyi (tidak terkenal) dan taat, rambut mereka kusut, wajah mereka penuh debu, dan perut mereka kosong kecuali dari harta yang halal.

Mereka adalah orang-orang yang apabila meminta izin kepada para penguasa tidak akan diizinkan, apabila melamar wanita wanita kaya tidak akan dinikahkan, apabila tidak hadir tidak akan dicari-cari, apabila hadir tidak akan dipanggil, apabila mereka muncul maka kemunculannya itu tidak akan membuat senang, apabila sakit tidak dijenguk dan apabila meninggal dunia tidak disaksikan."

Para sahabat bertanya, "wahai Rasulullah, bagaimana hubungan kami dengan salah seorang dari mereka?"

Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam-menjawab, "Dia adalah Uwais Al Qarni."

Mereka bertanya lagi, "Siapakah Uwais Al Qarni?"

Rasulullah bersabda, "Dia adalah seorang laki laki yang bermata biru, berambut pirang, dadanya bidang, perawakannya sedang, dan kulitnya sawo matang. Dia senantiasa menundukkan pandangannya, menaruh dagunya di tempat sujud, meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya sambil membaca Al Quran lalu menangisi dirinya sendiri.

Dia mengenakan pakaian dan mantel dari kain wol, tidak dikenal di kalangan penduduk bumi, namun sangat terkenal di kalangan penghuni langit. Apabila dia bersumpah dengan nama Allah maka dia pasti melaksanakannya dengan benar. Di bawah bahu sebelah kirinya ada bintik putih.

Pada hari kiamat kelak akan dikatakan kepada hamba hamba Allah, 'Masuklah kalian ke dalam surga.' Namun dikatakan kepada Uwais, 'Berhentilah dan berikanlah syafaat.' Lalu dia meminta syafaat kepada Allah untuk orang orang yang jumlahnya sama dengan suku Rabiah dan Mudhar.

Wahai Umar, wahai Ali, jika kalian berdua bertemu dengannya maka mintalah dia supaya memohonkan ampunan bagi kalian berdua, niscaya Allah akan mengampuni kalian berdua." [Al Hilyah, Abu Nu'man (II/81-82)

Kisah Uwais dan Ibunya

Dari hadits rasulullah di atas menunjukkan bahwa beliau memiliki banyak keutamaan dan kemuliaan, sampai-sampai doanya selalu dikabulkan oleh Allah ta'ala. Lantas apa yang membuatnya menjadi seperti itu??

Ya, hal itu disebabkan karena Uwais Al Qarni sangat berbakti kepada orangtuanya terutama pada Ibunya. Salah satu kisahnya yang paling terkenal adalah saat menggendong ibunya dari Yaman ke Mekkah. Berikut ceritanya..

Dahulu Uwais hanya memiliki ibu yang sudah tua. Apapun permintaan dan keinginan sang ibu selalu ia turuti. Hanya satu permintaan ibunya yang kala itu sulit sekali ia turuti, yaitu pergi haji

Zaman dulu jika harus pergi ke Makkah maka harus melewati gurun pasir yang tandus, panas dan membutuhkan kendaraan serta bekal yang banyak untuk menuju Makkah. Maka dari itu Uwais sangat kebingungan, di sisi lain ia adalah orang yang sangat miskin dan tidak mempunyai perbekalan serta kendaraan untuk menghajikan ibunya.

Namun Dia tetap ingin menuruti permintaan ibunya. Uwais terus berpikir dan mencari cara agar bisa menuruti permintaan ibunya tersebut. Akhirnya ia menemukan cara yang sangat nekat. Uwais membeli seekor lembu dan membuat kandang di bukit. Setiap hari Uwais menggendong lembu tersebut dari bawah sampai ke bukit, sehingga banyak yang mengira Uwais sudah gila.

Tapi, tahukah Antum untuk apa Uwais melakukan hal tersebut? Ternyata hal itu dilakukannya sebagai bentuk latihan agar kuat menggendong ibunya ke Makkah. Subhanaallah..

Delapan bulan berlalu, lembu itu semakin gemuk dan ototnya Uwais pun semakin kuat. Tibalah waktu musim haji, Uwais mendatangi ibunya dan menyanggupi permintaannya. Namun ibunya benar-benar tidak mengira kalau Uwais akan menggendongnya sampai Makkah. Baginya ini cara yang sangat nekat.

Akhirnya Uwais menggendong ibunya yang sudah lumpuh tersebut dari Yaman ke Makkah untuk melaksanakan haji. Subhanallah, perjalanan yang sulit ia tempuh demi baktinya pada sang ibu. Uwais berjalan dengan tegap dan kuat sampai ke Makkah bahkan ketika tawaf pun Uwais tetap menggendong ibunya. Sang ibu sangat terharu dan menangis karena telah melihat Ka'bah. Di hadapan Ka'bah Uwais al Qarni berdoa, "Ya Allah ampunilah semua dosa ibuku."

Ibunya pun bertanya, "Bagaimana dengan dosamu?"

"Dengan terampuninya dosa ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari ibu yang akan membawaku ke surga." Jawab Uwais dengan tulus dan ikhlas.

Allah memberikan karuniaNya kepada Uwais, kesembuhan pada penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih pada tengkuknya (ada yang mengatakan pada telapak tangan). Hal itu sebagai tanda agar Uwais mudah dikenali sesuai sabda Nabi kepada Umar dan Ali, bahwa kelak mereka akan bertemu dengan pemuda yang mempunyai tanda bulat putih pada telapak tangannya, yaitu Uwais al Qarni.

Kisah Mengharukan Uwais dan Umar bin Khattab

Setelah beberapa tahun yang lalu, apabila telah datang kepada Umar sekelompok dari Yaman, beliau selalu bertanya, "Apakah di antara kalian ada yang bernama Uwais bin Amir?" Umar benar-benar tidak pernah lupa akan sabda nabi shalallahu alaihi wassalam. Oleh karenanya Umar selalu mengkhususkan pertanyaan dengan menyebut namanya langsung kepada penduduk dari Yaman.

Hingga akhirnya Umar ditaqdirkan Allah untuk bertemu Uwais yang zuhud. Saat utusan dari Yaman datang kepadanya, dia kembali bertanya, "Apakah di antara kalian ada yang bernama Uwais bin Amir?" Mereka menjawab, "ya." Lalu Umar pun berjalan mendatangi Uwais dan bertanya, "Apakah engkau Uwais bin Amir?"

Dia menjawab, "Ya."

Umar bertanya lagi, "Dari Bani Murad kemudian Bani Qaran?"

Uwais menjawab, "Ya."

Umar bertanya lagi, "Apakah engkau pernah terkena penyakit belang, lalu Allah menyembuhkannya kecuali yang tersisa hanya sebesar dirham?"

Uwais menjawab, "ya"

Umar bertanya lagi, "Apakah engkau memiliki Ibu?" Uwais menjawab, "ya."

Umar Bin Khattab pun berkata, "Aku mendengar Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- bersabda , 'Akan datang kepada Uwais bin Amir bersama utusan yang datang dari Yaman dari Bani Murad, dia memiliki penyakit belang lalu Allah menyembuhkannya kecuali yang tersisa hanya sebesar dirham, dia memiliki seorang ibu yang sangat dia taati dan dia perlakukan dengan baik.

Apabila dia bersumpah atas nama Allah maka dia akan melaksanakannya dengan benar, jika engkau mampu untuk meminta kepadanya agar dia memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah.'

Dari hadits nabi di atas, maka Umar memohon agar Uwais mau mendoakan ampunan untuknya. Umar berkata, "Mohonkanlah ampunan untukku wahai Uwais."

Uwais menjawab, "Apakah pantas orang sepertiku memohonkan ampunan untuk orang sepertimu wahai Amirul Mukminin?"

Namun Umar terus mengulangi permohonannya. Maka Uwais pun memohonkan ampunan untuknya seraya berdoa, " Ya Allah ampunilah Umar Bin Khattab."

Kemudian Umar Bin Khattab kembali bertanya, "Kemana engkau akan pergi ?"

Uwais menjawab, "Aku akan pergi ke Kufah."

Umar berkata, "Bolehkah aku menuliskan surat untukmu kepada penguasa di sana?"

Uwais menjawab, "Aku lebih senang jika berada di antara orang-orang awam yang tidak terkenal di sana."

Lalu Umar melanjutkan perkataannya kepada Uwais, "Siapakah orang yang engkau tinggalkan di Yaman?"

Uwais menjawab, "Aku meninggalkan ibuku." Kemudian Umar terus mendesak lagi untuk memohonkan ampunan baginya,

Umar pun berkata kepada Uwais, "Sejak hari ini engkau adalah saudaraku maka janganlah engkau meninggalkan aku."

Pada saat itu Uwais melepaskan diri dari tangan Umar dan pergi ke Kufah untuk mencari rezeki serta mendekatkan diri kepada majelis para ulama dan orang-orang zuhud di negeri Irak.

Ketika Uwais hendak meninggalkan Umar bin Khattab untuk pergi ke Kufah, Umar bin Khattab berkata kepadanya, "Tetaplah di tempatmu, semoga Allah merahmatimu. Sampai aku masuk ke Makkah lalu memberimu tunjangan hidup dari harta pemberian pribadiku dan beberapa helai pakaian dari pakaian milikku."

Kemudian Umar menyakinkan lagi seraya berkata, "Tunggulah di sini wahai Uwais, tempat ini tempat perjanjian antara aku dan engkau."

Maka Uwais berkata, "Wahai Amirul Mukminin, tidak ada tempat perjanjian antara aku dan engkau, aku tidak yakin engkau akan mengenali aku lagi setelah hari ini, apa yang dapat aku lakukan dengan tunjangan itu wahai Amirul Mukminin dan apa yang dapat aku lakukan dengan pakaian itu? Bukankah engkau melihat saat ini aku mengenakan pakaian dari mantel kain wol? Pada saat engkau bertemu aku lagi, bisa jadi aku telah merobeknya, bukankah engkau melihat kedua sandalku ini ditambal? Pada saat engkau bertemu aku lagi, bisa jadi keduanya telah usang.

Wahai Amirul Mukminin di antara aku dan engkau ada rintangan yang menghalangi dan tidak dapat dilampaui kecuali orang yang kurus dan memiliki sedikit harta, maka jadikanlah aku orang yang sedikit hartanya. Semoga Allah merahmatimu wahai Amirul Mukminin, engkau dan aku akan berpisah di tempat ini."

Lalu Umar pun pergi ke Mekkah seraya mengucapkan salam perpisahan kepada Uwais yang berlalu pergi sambil menggiring untanya, lalu dia memberikan unta itu kepada pemiliknya, dia meninggalkan penggembalaan dan setelah itu dia hanya menghadapkan dirinya untuk beribadah. Nah begitulah kisah Uwais al Qarni bersama Khalifah Umar bin Khattab radiyallahuanhu.

Wafatnya Uwais Al Qarni

Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab yang merupakan masa dimana penaklukan Islam sedang berlangsung begitu dahsyat, kaum muslimin pergi untuk memerangi Negeri Azerbaijan dan mencoba untuk menaklukkannya, maka jatuhlah panji-panji kemusyrikan dan berjayalah panji-panji Islam di semua tempat.

Abdullah bin Salamah salah seorang pahlawan pada pertempuran Azerbaijan, dia bercerita tentang wafatnya Uwais Al Qarni. "Kami memerangi Azerbaijan pada masa pemerintahan sahabat Umar Bin Khattab dan pada saat itu Uwais Al Qarni ada bersama kami, setelah kami kembali dari pertempuran kami merasakan bahwa dia sakit maka kami pun membawanya dan mengobatinya semampu kami, namun dia tidak dapat bertahan dan meninggal dunia, lalu Kami pun berhenti dan ternyata di sana ada sebuah kuburan yang telah digali, air yang mengalir terus-menerus, kain kafan dan balsam. Maka kami pun memandikannya, mengkafaninya, menshalatkannya dan menguburkannya.

Lalu sebagian dari kami berkata kepada sebagian yang lain, "Seandainya kita kembali lagi ke tempat itu maka kita pasti mengenali kuburannya." Kemudian kami kembali lagi ke sana, namun kami tidak menemukan kuburan atau bekas apapun.

Berita meninggalnya Tabiin Uwais al Qarni telah tersebar kemana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa Uwais al Qarni sebenarnya. Selama ini tidak ada yang mengetahuinya sehingga banyak penduduk Yaman yang tidak tahu keutamaannya. Selain itu hal ini juga disebabkan karena permintaan Uwais kepada Umar agar merahasiakan tentangnya.

Dan setelah meninggal para penduduk Yaman baru mendengar sabda Nabi mengenai Uwais yang terkenal di langit dan tidak di bumi.

Subhanallah, kisah Uwais al Qarni sangat patut dijadikan pelajaran untuk kita semua. Ia memiliki amalan yang sangat mulia, berbakti pada ibunya sehingga banyak orang yang meminta doa kebaikan melalui perantaranya. Apalagi Nabi sudah menyampaikan jauh-jauh hari bahwa doa Uwais akan terkabulkan. Sungguh mengharukan [Kitab Ashrut Tabiin (kisah para tabiin), Syaikh Abdul Mun'im Al Hasyimi, Ummul Qura II/307-323 dengan banyak perubahan bahasa dan tata letak]

Kata Mutiara Uwais Al Qarni

Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi sering kali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.

 Dalam hidup,terkadang kita lebih banyak mendapatkan apa yang tidak kita inginkan. Dan ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, akhirnya kita tahu bahwa yang kita inginkan terkadang tidak dapat membuat hidup kita menjadi lebih bahagia

Semoga kamu mendapat cukup kebahagiaan untuk membuat kamu bahagia, cukup cobaan untuk membuat kamu kuat, cukup penderitaan untuk membuat kamu menjadi manusia yang sesungguhnya, dan cukup harapan untuk membuat kamu positif terhadap kehidupan.

Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik kepada kekayaannya karena kekayaan dapat musnah. Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah.

Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangannya, tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya.

Harta yang paling menguntungkan ialah SABAR. Teman yang paling akrab adalah AMAL. Pengawal peribadi yang paling waspada DIAM. Bahasa yang paling manis SENYUM. Dan ibadah yang paling indah tentunya KHUSYUK.

PETUA UNTUK MENJADI WANITA CANTIK. WANITA HARUS TAHU NIH....


PETUA UNTUK MENJADI WANITA CANTIK

1. Amalkan bangun pagi dan mandi sebelum masuk Azan Subuh.

2. Sebaik bangun tidur, sebelum menggosok gigi, minumlah 1 gelas air putih bersuhu bilik. Kulum air tegukan pertama di dalam mulut untuk seketika dan bacakan dalam hati Selawat Nabi 3 x, barulah disusuli dengan menghabiskan segelas air tersebut

3. Sewaktu membasuh muka di awal pagi atau setiap kali membasuh muka,tadah air ditapak tangan sambil bacakan Selawat Nabi 3x, hembuskan pada air dan usapkan air tersebut ke wajah bermula dari dagu menaik ke atas hingga ke dahi, ulang usapan ini sebanyak 3 x. Jangan basuh muka bermula dari dahi turun ke dagu kerana ini menyebabkan muka cepat berkedut.

4. Selepas solat Subuh, bacalah Surah Yusuf, kemudian teguk sebanyak 3 kali sahaja air suam, InsyaAllah ia membuatkan wajah awet muda dari usia sebenar.

5. Selepas solat Isya', amalkan baca Al-Fatihah 1 x, Ayatul Qursi 1 x dan surah Al-Waqiah dari ayat 35 hingga 38 sebanyak 7 x, ditiupkan pada segelas air dan niatkan

"Ya ALLAH perindahkanlah tubuh dan rohku dan perbaikilah hubungan dengan suamiku"

6. Surah Al-Waqiah ayat 35-38 juga elok dibaca di dalam hati sebanyak 3 x sebelum jirusan pertama air ke badan sewaktu mandi

7. Jangan makan bersulam air, sebaiknya minum air kosong 1 gelas 30 minit sebelum makan, dan 30 minit selepas makan.

8. Amalkan membaca Al-Quran dengan niat ikhlas kerana ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala.

9. Perbanyakkan Selawat Nabi, sentiasa sedekah senyuman, perbanyakkan solat Tahajud

Amalkan hari-hari....in sha ALLAH kelihatan 'cantik'.

Cantik bagaimana?

Cantik 'hati', cantik jiwa, roh, wajah dan perasaan.

Alhamdulillah. ❤️

Tanda tanda seorang wali yang harus kamu ketahui.....?


TANDA TANDA SEORANG WALI

1. Jika melihat mereka, akan mengingatkan kita kepada Allah swt.

Dari Amru Ibnul Jammuh, katanya: “Ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Allah berfirman: “Sesungguhnya hamba-hambaKu, wali-waliKu adalah orang-orang yang Aku sayangi. Mereka selalu mengingatiKu dan Akupun mengingati mereka.”10

10 Hadis riwayat Abu Daud dalam Sunannya dan Abu Nu’aim dalam Hilya jilid I hal. 6

Dari Said ra, ia berkata: “Ketika Rasulullah saw ditanya: “Siapa wali-wali Allah?” Maka beliau bersabda: “Wali-wali Allah adalah orang-orang yang jika

dilihat dapat mengingatkan kita kepada Allah.”11

11 Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam kitab Auliya’ dan Abu Nu’aim di dalam Al Hilya Jilid I hal 6).

2. Jika mereka tiada, tidak pernah orang mencarinya.

Dari Abdullah Ibnu Umar Ibnu Khattab, katanya: “Pada suatu kali Umar mendatangi tempat Mu’adz ibnu Jabal ra, kebetulan ia sedang menangis, maka Umar berkata: “Apa yang menyebabkan engkau menangis, wahai Mu’adz?” Kata Mu’adz: “Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Orang-orang yang paling dicintai Allah adalah mereka yang bertakwa yang suka menyembunyikan diri, jika mereka tidak ada, maka tidak ada yang mencarinya, dan jika mereka hadir, maka mereka tidak dikenal. Mereka adalah para imam petunjuk dan para pelita ilmu.”12

12 Hadis riwayat Nasa’i, Al Bazzar dan Abu Nu’aim di dalam Al Hilyah jilid I hal. 6

3. Mereka bertakwa kepada Allah.

Allah swt berfirman: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhuwatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati Mereka itu adalah orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.. Dan bagi mereka

diberi berita gembira di dalam kehidupan dunia dan akhirat”13

Abul Hasan As Sadzili pernah berkata: “Tanda-tanda kewalian seseorang adalah redha dengan qadha, sabar dengan cubaan, bertawakkal dan kembali kepada Allah ketika ditimpa bencana.”14

13 Surah Yunus: 62 – 64

14 Hadisriwayat.Al Mafakhiril ‘Aliyah hal 104

4. Mereka saling menyayangi dengan sesamanya.

Dari Umar Ibnul Khattab ra berkata:

“Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya sebahagian hamba Allah ada orang-orang yang tidak tergolong dalam golongan para nabi dan para syahid, tetapi kedua golongan ini ingin mendapatkan kedudukan seperti kedudukan mereka di sisi Allah.”

Tanya seorang: “Wahai Rasulullah, siapakah mereka dan apa amal-amal mereka?” Sabda beliau: “Mereka adalah orang-orang yang saling kasih sayang dengan sesamanya, meskipun tidak ada hubungan darah mahupun harta di antara mereka. Demi Allah, wajah mereka memancarkan cahaya, mereka berada di atas mimbarmimbar dari cahaya, mereka tidak akan takut dan susah.”

Kemudian Rasulullah saw membacakan firman Allah yang artinya: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”15

15 Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam kitab Al Hilya jilid I, hal 5

5. Mereka selalu sabar, wara’ dan berbudi pekerti yang baik.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa“Rasulullah saw

bersabda:

“Ada tiga sifat yang jika dimiliki oleh seorang, maka ia akan menjadi wali Allah, iaitu: pandai mengendalikan perasaannya di saat marah, wara’ dan berbudi luhur kepada orang lain.”16

“Rasulullah saw bersabda: “Wahai Abu Hurairah, berjalanlah engkau seperti segolongan orang yang tidak takut ketika manusia ketakutan di hari kiamat. Mereka tidak takut siksa api neraka ketika manusia takut. Mereka menempuh perjalanan yang berat sampai mereka menempati tingkatan para nabi. Mereka suka berlapar, berpakaian sederhana dan haus, meskipun mereka mampu. Mereka lakukan semua itu demi untuk mendapatkan redha Allah. Mereka tinggalkan rezeki yang halal kerana takut akan shubhahnya. Mereka bersahabat dengan dunia hanya dengan badan mereka, tetapi mereka tidak tertipu oleh dunia. Ibadah mereka menjadikan para malaikat dan para nabi sangat kagum. Sungguh amat beruntung mereka, alangkah senangnya jika aku dapat bertemu dengan mereka.” Kemudian Rasulullah saw menangis kerana rindu kepada mereka. Dan beliau bersabda: “Jika Allah hendak menyiksa penduduk bumi, kemudian Dia melihat mereka, maka Allah akan menjauhkan siksaNya. Wahai Abu Hurairah, hendaknya engkau menempuh jalan mereka, sebab siapapun yang menyimpang dari penjalanan mereka, maka ia akan mendapati siksa yang berat.”17

16 Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam kitab Al Auliya’

17 Hadis riwayat Abu Hu’aim dalam kitab Al Hilya

7. Mereka selalu terhindar ketika ada bencana.

Dari Ibnu Umar ra, katanya:

Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang diberi makan dengan rahmatNya dan diberi hidup dalam afiyahNya, jika Allah mematikan mereka, maka mereka akan dimasukkan ke dalam syurgaNya. Segala bencana yang tiba akan lenyap secepatnya di hadapan mereka, seperti lewatnya malam hari di hadapan mereka, dan mereka tidak terkena sedikitpun oleh bencana yang datang.”18

18 Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam kitab Al Hilya jilid I hal 6

8. Hati mereka selalu terkait kepada Allah.

Imam Ali Bin Abi Thalib berkata kepada Kumail An Nakha’i: “Bumi ini tidak akan kosong dari hamba-hamba Allah yang menegakkan agama Allah dengan penuh keberanian dan keikhlasan, sehingga agama Allah tidak akan punah dari peredarannya. Akan tetapi, berapakah jumlah mereka dan dimanakah mereka berada? Kiranya hanya Allah yang mengetahui tentang mereka. Demi Allah, jumlah mereka tidak banyak, tetapi nilai mereka di sisi Allah sangat mulia. Dengan mereka, Allah menjaga agamaNya dan syariatNya, sampai dapat diterima oleh orang-orang seperti mereka. Mereka menyebarkan ilmu dan ruh keyakinan. Mereka tidak suka kemewahan, mereka senang dengan kesederhanaan. Meskipun tubuh mereka berada di dunia, tetapi rohaninya membumbung ke alam malakut. Mereka adalah khalifah-khalifah Allah di muka bumi dan para da’I kepada agamaNya yang lurus. Sungguh, betapa rindunya aku kepada mereka.”19

19 Nahjul Balaghah hal 595 dan Al Hilya jilid 1 hal. 80

9. Mereka senang bermunajat di akhir malam.

Imam Ghazali menyebutkan: “Allah pernah memberi ilham kepada para siddiq: “Sesungguhnya ada hamba-hambaKu yang mencintaiKu dan selalu merindukan Aku dan Akupun demikian. Mereka suka mengingatiKu dan memandangKu dan Akupun demikian. Jika engkau menempuh jalan mereka, maka Aku mencintaimu. Sebaliknya, jika engkau berpaling dari jalan mereka, maka Aku murka kepadamu. “ Tanya seorang siddiq: “Ya Allah, apa tanda-tanda mereka?”

Firman Allah: “Di siang hari mereka selalu menaungi diri mereka, seperti seorang pengembala yang menaungi kambingnya dengan penuh kasih sayang, mereka merindukan terbenamnya matahari, seperti burung merindukan sarangnya. Jika malam hari telah tiba tempat tidur telah diisi oleh orang-orang yang tidur dan setiap kekasih telah bercinta dengan kekasihnya, maka mereka berdiri tegak dalam solatnya. Mereka merendahkan dahi-dahi mereka ketika bersujud, mereka bermunajat, menjerit, menangis, mengadu dan memohon kepadaKu. Mereka berdiri, duduk, ruku’, sujud untukKu. Mereka rindu dengan kasih sayangKu. Mereka Aku beri tiga kurniaan: Pertama, mereka Aku beri cahayaKu di dalam hati mereka, sehingga mereka dapat menyampaikan ajaranKu kepada manusia. Kedua, andaikata langit dan bumi dan seluruh isinya ditimbang dengan mereka, maka mereka lebih unggul dari keduanya. Ketiga, Aku hadapkan wajahKu kepada mereka. Kiranya engkau akan tahu, apa yang akan Aku berikan kepada mereka?”20

20 Ihya’ Ulumuddin jilid IV hal 324 dan Jilid I hal 358

10. Mereka suka menangis dan mengingat Allah.

‘Iyadz ibnu Ghanam menuturkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Malaikat memberitahu kepadaku: “Sebaik-baik umatku berada di tingkatan-tingkatan tinggi. Mereka suka tertawa secara terang, jika mendapat nikmat dan rahmat dari Allah, tetapi mereka suka menangis secara rahsia, kerana mereka takut mendapat siksa dari Allah. Mereka suka mengingat Tuhannya di waktu pagi dan petang di rumah-rumah Tuhannya. Mereka suka berdoa dengan penuh harapan dan ketakutan. Mereka suka memohon dengan tangan mereka ke atas dan ke bawah. Hati mereka selalu merindukan Allah. Mereka suka memberi perhatian kepada manusia, meskipun mereka tidak dipedulikan orang.Mereka berjalan di muka bumi dengan rendah hati, tidak congkak, tidak bersikap bodoh dan selalu berjalan dengan tenang. Mereka suka berpakaian sederhana. Mereka suka mengikuti nasihat dan petunjuk Al Qur’an. Mereka suka membaca Al Qur’an dan suka berkorban. Allah suka memandangi mereka dengan kasih sayangNya. Mereka suka membahagikan nikmat Allah kepada sesama mereka dan suka memikirkan negeri-negeri yang lain. Jasad mereka di bumi, tapi pandangan mereka ke atas. Kaki mereka di tanah, tetapi hati mereka di langit. Jiwa mereka di bumi, tetapi hati mereka di Arsy. Roh mereka di dunia, tetapi akal mereka di akhirat. Mereka hanya memikirkan kesenangan akhirat. Dunia dinilai sebagai kubur bagi mereka. Kubur mereka di dunia, tetapi kedudukan mereka di sisi Allah sangat tinggi. Kemudian beliau menyebutkan firman Allah yang artinya:“Kedudukan yang setinggi itu adalah untuk orang-orang yang takut kepada hadiratKu dan yang takut kepada ancamanKu.”21

21 Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam Hilya jilid I, hal 16

11. Jika mereka berkeinginan, maka Allah memenuhinya.

Dari Anas ibnu Malik ra berkata: “Rasul saw bersabda:“Berapa banyak manusia lemah dan dekil yang selalu dihina orang, tetapi jika ia berkeinginan, maka Allah memenuhinya, dan Al Barra’ ibnu Malik, salah seorang di antara mereka.”

Ketika Barra’ memerangi kaum musyrikin, para sahabat: berkata: “Wahai Barra’, sesungguhnya Rasulullah saw pernah bersabda: “Andaikata Barra’ berdoa, pasti akan terkabul. Oleh kerana itu, berdoalah untuk kami.” Maka Barra’ berdoa, sehingga kami diberi kemenangan.

Di medan peperangan Sus, Barra’ berdo’a: “Ya Allah, aku mohon, berilah kemenangan kaum Muslimin dan temukanlah aku dengan NabiMu.” Maka kaum Muslimin diberi kemenangan dan Barra’ gugur sebagai syahid.

12. Keyakinan mereka dapat menggoncangkan gunung.

Abdullah ibnu Mas’ud pernah menuturkan:

“Pada suatu waktu ia pernah membaca firman Allah: “Afahasibtum annamaa khalaqnakum ‘abathan”, pada telinga seorang yang pengsan, maka dengan izin Allah, orang itu segera sedar, sehingga Rasuulllah saw bertanya kepadanya: “Apa yang engkau baca di telinga orang itu?” Kata Abdullah: “Aku tadi membaca firman Allah: “Afahasibtum annamaa khalaqnakum‘abathan” sampai akhir surah.” Maka Rasul saw bersabda: “Andaikata seseorang yakin kemujarabannya dan ia membacakannya kepada suatu gunung, pasti gunung itu akan hancur.”22

22 Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam Al Hilya jilid I hal 7

KARAMAH

Karamah merupakan perkara luar biasa yang berlaku ke atas ulama atau wali Allah. Mereka adalah golongan insan yang beriman dan beramal soleh, ikhlas dalam perkataan, perbuatan serta menjadikan seluruh kehidupan mereka hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Para kekasih Allah sangat menumpukan seluruh perhatiannya kepada Allah dan Allah pun senantiasa memperhatikannya bahkan menjadikan insan soleh tersebut lebih dekat kepadaNya. Karamah berlaku sepanjang zaman sejak dahulu hingga ke hari ini. Begitu halnya dari kalangan para sahabat, ramai memiliki karamah atau kelebihan yang luar biasa. Mereka beriman dengan kejernihan kalbu, kecintaan terhadap Allah dan RasulNya melebihi segala-galanya bahkan kasih sayang mereka terhadap orang mukmin sangat mendalam, sehingga akhirnya mereka memperoleh darjat yang tinggi.

PENGERTIAN KARAMAH

Karamah berasal dari kata Ikraam yang mempunyai erti penghargaan dan pemberian. Allah mengurniakan wali-waliNya berbagai kejadian luar biasa atau yang biasa disebut karamah. Hal itu diberikan kepada mereka sebagai rahmat dari Allah dan bukan kerana hak mereka. Karamah biasa disebut sebagai kejadian yang luar biasa yang diberikan Allah kepada hamba-hambaNya yang selalu meningkatkan taraf ibadahnya dan ketaatannya. Karamah itu diberikan sebagai suatu pembekalan ilmu atau sebagai ujian bagi seorang wali. Dan karamah boleh terjadi tanpa sebab dan tanpa adanya tentangan dari orang lain.

PENJELASAN TENTANG KEJADIAN-KEJADIAN LUAR BIASA

Allah telah menganugerahkan kepada manusia khusus dan awam 8 perkara luar biasa yang mencarit adat yang boleh berlaku ke atas manusia. Perkara luar biasa itu bolehlah dibahagikan kepada 2 bahagian iaitu, 4 perkara yang dipuji dan 4 perkara yang dikeji dan menyalahi ajaran Islam. Ramai daripada kalangan orang Islam sendiri yang terkeliru tentang konsep dan perbezaan perkaraperkara tersebut, kadang-kala masyarakat tidak dapat membezakan yang mana baik dan yang mana mesti dijauhi. Bagi menjelaskan kekeliruan itu maka dijelaskan serba ringkas tentang perkara-perkara tersebut, agar kita semua dapat membuat penilaian dengan sebaik-baiknya.

Mukjizat

Kejadian luar biasa yang diberikan kepada seorang nabi atau rasul untuk menguatkan kenabian dan kerasulannya.

Karamah

Kejadian luar biasa yang diberikan kepada seorang hamba yang salih atau wali, dan ia tidak mengaku sebagai seorang nabi atau rasul.

Ma’unah

Kejadian luar biasa yang diberikan kepada sebagian orang awam untuk melepaskan dirinya dari kesulitan.

Ihaanah

Kejadian luar biasa yang diberikan kepada seorang pembohong yang mengaku sebagai nabi, seperti yang pernah diberikan kepada Musailamah Al Kadzab. Ia pernah meludah di sebuah sumur dengan harapan agar airnya bertambah banyak, tetapi pada kenyataannya airnya mengering, dan ia pernah meludah pada mata seorang yang juling, agar matanya sembuh, tetapi pada kenyataannya mata orang itu menjadi buta.

Istidraj

Kejadian luar biasa yang diberikan kepada orang fasik yang mengaku sebagai wakil Tuhan dengan mengemukakan berbagai dalil untuk menguatkan kebohongannya.Menurut Ijma’, biasanya seorang yang mengaku sebagai nabi, maka ia tidak akan diberi kejadian luar biasa.

Irhaas

Kejadian luar biasa yang diberikan kepada seorang nabi meskipun ia belum diutus, seperti adanya naungan awan bagi Rasulullah saw di masa kecilnya.

Sihir

Suatu cara yang dapat menampilkan berbagai perbuatan yang aneh bagi yang tidak mengerti seluk beluknya, tetapi seluk beluknya itu dapat dipelajari.

Sya’wazah

Kejadian luar biasa yang biasa timbul di tangan seseorang, sehingga menimbulkan pesona bagi yang melihatnya meskipun kejadian itu tidak terjadi.

PERBEZAAN ANTARA KARAMAH DAN ISTIDRAJ

Seseorang yang menginginkan sesuatu, kemudian Allah memberinya, maka pemberian itu tidak menunjukkan bahawa orang itu mempunyai kedudukan mulia di sisi Allah, baik pemberian itu bersifat biasa ataupun tidak. Kemungkinan pemberian itu merupakan anugerah dari Allah, tetapi kemungkinan pula merupakan istidraj, iaitu pemberian sebagai ujian.

Al Istidraj mempunyai beberapa nama atau istilah yang berbagai:

1. Adakalanya seseorang dikabulkan segala permintaannya agar ia makin bertambah ingkar dan sesat dan pada akhirnya ia akan dimatikan dalam keadaan kafir. Hal itu seperti yang disebutkan dalam firman Allah:

“Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan ) dengan cara yang tidak mereka ketahui”.27

27 Surah Al-Qalam :44

2. Makar:

Dalam Al Qur’an disebutkan:

“Maka tidak ada yang terhindar dari tipu daya Allah kecuali orang yang rugi”. 28

Allah berfirman:

“Dan mereka berbuat tipu daya, maka Allah membalas mereka dengan tipu daya yang serupa dan Dia sebaik-baik yang membuat balasan”29

28 Surah Al-‘Araf: 99

29 Surah Ali ‘Imran: 54

3. Al Kaid artinya tipu daya:

Dalam firman Allah disebutkan:

“Mereka berusaha menipu Allah, padahal Allah yang menipu mereka”30

Allah berfirman: “Mereka akan menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, tetapi mereka tidak merasakannya”.31

30 Surah An-Nisaa’:142

31 Surah Al-Baqarah: 9

4. Imla’ mempunyai arti memberi tangguh:

Firman Allah: “Dan janganlah orang-orang kafir itu mengira bahawa pemberian tangguh bagi mereka itu memberi kebaikan bagi mereka, tetapi hal itu terjadi agar mereka makin bertambah dosa-dosanya”32

32 Surah Ali ‘Imran: 178

5. Al Ihlak mempunyai arti kebinasaan:

Allah berfirman: “Sampai ketika mereka bergembira dengan apa yang diberikan kepada mereka, maka Kami siksa mereka dengan cara yang mendadak”33. Allah berfirman: “Firaun dan bala tentaranya menyombongkan diri di permukaan bumi tanpa alasan yang dibenarkan, dan mereka mengira bahwa mereka tidak akan kembali kepada Kami, maka Kami menyiksanya dan bala tentaranya, kemudian Kami menenggelamkan mereka di dalam laut”34

33 Surah Al-‘Anam: 44

34 Surah Al-Qisas: 33

Dari ayat-ayat di atas, dapat kami simpulkan bahwa antara karamah dan istidraj ada perbezaan. Seorang yang diberi karamah tidak pernah merasa senang atas pemberian itu, bahkan ia makin bertambah takut kepada Allah, sebab ia takut kalau pemberian karamah itu merupakan ujian atau merupakan istidraj. Lain halnya dengan seorang yang diberi istidraj. Ia makin maharajalela, kerana ia mendapat anugerah dan ia pun tidak takut disiksa. Adapun kalau seseorang bergembira ketika ia diberi karamah, maka ia termasuk orang yang melanggar. Ini disebabkan oleh beberapa perkara antaranya :-

• Jika seorang diberi karamah, lalu ia bergembira, maka ia termasuk orang yang menyimpang, kerana ia merasa berhak untuk mendapatkan anugerah semacam itu disebabkan amal kebajikannya.

• Karamah adalah sesuatu yang di luar kebiasaan Sunnatullah. Seorang yang diberi karamah, kemudian ia terlalu bangga dengan karamah yang diperolehinya, bererti ia telah melanggar dan telah menyimpang dari kebenaran.

• Seseorang yang berkeyakinan, bahwa ia berhak mendapat karamah kerana amal kebajikannya, maka boleh dikatakan bahawa ia seorang yang bodoh. Seharusnya ia merasa bahawa semua amal ibadah yang ia kerjakan merupakan kewajipan baginya terhadap hak Allah. Seharusnya ia selalu merasa kurang pengabdiannya kepada Tuhannya, tetapi kalau ia merasa puas, maka ia termasuk orang yang bodoh.

• Seseorang yang diberi karamah, seharusnya ia merasa bahwa karamah yang diberikan kepadanya hanya untuk menundukkan dirinya makin rendah dihadapan Allah. Bila seseorang berlaku sebaliknya, maka sudah jelas orang itu mirip dengan Iblis yang merasa sombong atas kemuliaan yang diberikan kepada dirinya.

• Karamah itu adakalanya tidak menyebabkan seseorang menjadi mulia. Seseorang yang bangga ketika mendapat karamah, maka ia terlalu membesarkan sesuatu yang

biasa. Seseorang yang membesarkan sesuatu yang biasa, maka ia sama dengan berbuat sesuatu yang sia-sia. Demikian pula, seorang wali yang bangga dengan karamah, maka ia termasuk seorang yang rendah kedudukannya.

• Seseorang yang sombong diri kerana kedudukannya, ia sama seperti Iblis dan Firaun. Nabi saw bersabda: “Ada tiga perkara yang menyebabkan kebinasaan seseorang. Yang terakhir adalah seorang yang membanggakan kedudukan peribadinya”.

• Allah berfirman: “Maka terimalah apa yang Aku berikan kepadamu dan jadilah engkau orang-orang yang berterima kasih. Dan sembahlah Tuhanmu sampai engkau didatangi kematian”. Berdasarkan ayat di atas, seseorang yang mendapat kurnia dari Allah, hendaknya ia selalu rajin menyembah Allah dan mensyukuri semua nikmat yang ia terima, bukannya makin bertambah ingkar.

• Ketika Nabi saw diberi pilihan untuk memilih, apakah beliau ingin dijadikan sebagai seorang penguasa dan seorang Nabi, ataukah beliau ingin dijadikan seorang

hamba dan seorang Nabi, maka beliau memilih pilihan yang kedua. Kerana itu nama beliau selalu disebut di dalam tasyahud setiap muslim dalam ucapan: “Wa asyhadu anna Muhammadan abduhu war rasuluh”.

• Seseorang yang selalu bergaul akrab dengan makhluk, maka ia tidak terlalu akrab bergaul dengan Khaliknya.

• Seseorang yang tidak takut dan tidak bertawakkal kepada Allah sudah tentu ia tidak akan menjadi wali, apa lagi kalau ia selalu menyandarkan hidupnya kepada dirinya atau kepada orang lain. Jika seseorang dapat mendatangkan satu perbuatan atau kejadian yang luar biasa, pasti ia akan mengikutinya dengan pengakuan bagi dirinya, tetapi ada juga yang tidak. Bagi mereka yang dapat mengikuti dengan pengakuan bagi dirinya dan dapat mendatangkan sesuatu perbuatan atau kejadian

yang luar biasa, adakalanya ia mengaku sebagai Tuhan, atau sebagai Nabi, atau sebagai wali, atau sebagai ahli sihir. Dalam perkara ini dapat kita bahagikan kepada empat bahagian :-

a. Ada yang mengaku sebagai Tuhan:

Ada kalanya orang yang dapat mendatangkan suatu perbuatan atau kejadian yang luar biasa, maka ia mengaku sebagai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh

Firaun dan yang akan dilakukan oleh Dajjal. Dalam keadaan seperti, ini sudah jelas, bahawa perbuatan orang itu adalah batil.

b. Ada pula yang mengaku sebagai Nabi:

Ini boleh berlaku pada dua kemungkinan, iaitu adakalanya pengakuannya itu benar, tetapi adakalanya pengakuannya itu bohong. Jika pengakuannya itu memang benar dan ia benar-benar nabi, maka ia harus mampu untuk menunjukkan bukti kenabiannya, tetapi jika ia tidak mampu menunjukkan buktinya, maka ia adalah seorang pembohong.

c. Ada yang mengaku sebagai seorang wali:

Dalam keadaan seperti ini ada yang boleh melakukannya, tetapi ada pula yang tidak mampu.

d. Ada yang mengaku sebagai ahli sihir:

Dalam situasi seperti ini ada kalanya orang-orangnya dapat membuktikan kepandaiannya, tetapi kaum Mutazilah menolak pendapat ini. Seseorang yang dapat mendatangkan perbuatan atau kejadian yang luar biasa tanpa pengakuan bagi dirinya, adakalanya ia seorang wali yang diredhai oleh Allah, tetapi adakalanya pula ia seorang fasik yang banyak dosanya. Ada pula yang dapat mendatangkan berbagai kejadian luar biasa, tetapi ia tidak termasuk orang yang taat kepada Allah,

bahkan orang itu selalu berbuat dosa dan maksiat. Kejadian luar biasa yang ia datangkan itu disebut Istidraj, iaitu kelebihan yang diberikan kepadanya, agar dosanya dan kejahatannya makin bertambah dan terus menerus, seperti yang diberikan kepada Iblis dan syaitan.

 TUJUAN KARAMAH

1. Dapat menambah keyakinan kepada Allah.

2. Untuk menguatkan kepercayaan masyarakat kepada seorang wali, seperti yang terjadi pada masa-masa terdahulu. Berbeza halnya dengan masa-masa terakhir. Kaum salaf salih tidak pernah memerlukan karamah sedikit pun.

3. Adanya karamah merupakan bukti anugerah atau pangkat yang diberikan Allah kepada seorang wali, agar pengabdiannya tetap istiqamah.

DALIL-DALIL WUJUDNYA KARAMAH

Andaikata Allah swt tidak mahu memperlihatkan karamah bagi seorang mukmin, mungkin kerana Allah swt memang tidak ingin melakukannya, atau mungkin juga seorang mukmin itu memang belum pantas mendapatkan karamah. Adapun kemungkinan pertama, dapat memberi penilaian yang tidak baik terhadap takdir

Allah swt, tentunya hal itu dapat menyebabkan ingkar kepada Dzat Allah. Sedangkan kemungkinan yang kedua adalah tak mungkin, sebab hal itu termasuk hal yang batil. Mengetahui Dzat Allah, sifat-sifatNya, perbuatan-perbuatanNya, hukumhukumNya, nama-namaNya, mencintaiNya, mentaatiNya dan senantiasa menyebutNya dan memujiNya, tentunya hal itu lebih mulia dari sekedar memberi se-potong roti, menundukkan seekor ular atau seekor singa.

Dalil dari Al-Quran

“Setiap kali Zakariya masuk untuk menemui Maryam di Mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh makanan ini?”. Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa perhitungan”35

“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makanlah, minumlah dan bersenang hatilah kamu”36

Siti Maryam bukanlah seorang nabi. Tentunya yang terjadi padanya, seperti yang tertera pada ayat di atas, bukanlah suatu mukjizat, tetapi suatu karamah.

“ Ashif Ibnu Barkhiya berkata: “Aku akan membawa singgahsana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” 37

Seorang hamba yang salih yang bernama Ashif Ibnu Barkhiya mampu membawa singgasana Ratu Balqis dari Yaman ke Syam hanya dalam waktu sekelip mata. Padahal ia bukan seorang Nabi. Tentunya kemampuan luar biasa yang dimilikinya adalah karamah.

35 Surah Al Imran: 37

36 Surah Maryam : 25-26

37 Surah An Naml: 40

“Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmatNya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu. Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah”38

“Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan sembilan tahun”39

Pemuda Ashabul Kahfi seramai tujuh orang berasal dari Syam. Mereka hidup setelah masa Nabi Isa. Kerana mereka takut kehilangan imannya, maka mereka bersembunyi di sebuah gua untuk sesaat, tetapi mereka ditidurkan oleh Allah selama 300 tahun. Setelah itu mereka dibangunkan kembali. Anehnya tubuh mereka tidak binasa dimakan masa, kerana itu para ulama berpendapat bahwa mereka adalah para wali bukan para nabi.

38 Surah Al Kahfi: 16-17

39 Surah Al Kahfi: 25

“Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut dan aku bertujuan merusaknya bahtera itu, kerana di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.”Dan adapun anak itu, maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.”40

40 Surah Al Kahfi: 79

Dari Hadis Antara Karamah Umat Yang Terdahulu

Hadis Pertama

Dari Abdullah Ibnu Umar r.a, beliau berkata :

“Rasulullah saw pernah bersabda: “Ada tiga lelaki tergolong di antara orang-orang terdahulu. Pada suatu hari, ketika mereka berjalan di suatu hutan, maka mereka bermalam di suatu gua. Setelah mereka masuk ke dalam gua, tiba-tiba sebuah batu besar jatuh tepat di permukaan gua itu dan menutupinya, sehingga mereka tidak dapat keluar. Kata salah seorang daripada mereka: “Tidak ada yang dapat menyelamatkan kamu, kecuali jika kamu berdoa kepada Allah dan bertawassul dengan perbuatan baik kamu.Salah seorang di antara mereka berkata: “Dahulu aku

mempunyai ibu bapa yang telah lanjut usia, dan aku tidak pernah makan malam sebelum mereka makan. Pada suatu hari, keduanya sudah tidur ketika aku datang membawa segelas air susu. Aku tidak ingin membangunka mereka. Aku menjaga keduanya semalaman tanpa makan dan minum, dan aku tetap memegang

gelas susu itu hingga pagi. Ketika keduanya bangun, barulah kuberikan air susu itu. Ya Allah, jika amalan salihku yang satu itu benar-benar ikhlas untukMu, maka bebaskan kami dari batu besar ini”. Dengan izin Allah, batu itu bergeser sedikit dari mulut gua,tetapi mereka masih belum dapat keluar. Selanjutnya, orang yang kedua berkata: “Dahulu, anak saudaraku termasuk orang yang paling aku cintai, aku selalu menggodanya, agar ia cinta kepadaku, tetapi ia selalu menolak.

Pada suatu ketika, ia datang kepadaku dan minta bantuan wang. Aku ingin membantunya, asalkan ia ingin bercinta denganku. Ia bersetuju dengan permintaanku kerana terpaksa. Ketika aku hendak memperkosanya, maka ia berkata: “Sebenarnya engkau tidak boleh memecahkan keperawananku, kecuali dengan cara yang sah”. Maka aku segera meninggalkannya dan aku tidak minta kembali wangku. Ya Allah, jika Engkau tahu, bahwa perbuatanku itu keranaMu, maka selamatkanlah kami dari batu besar ini”. Dengan izin Allah batu besar itu bergeser sedikit, tetapi mereka belum dapat keluar.

Selanjutnya orang yang ketiga berkata: “Dahulu aku mempunyai banyak pegawai, aku selalu memberi upah mereka tepat pada waktunya, dan aku tidak pernah merugikan mereka. Pada suatu kali salah seorang pegawaiku meninggalkan tempatku tanpa meminta upahnya. Selanjutnya, upah itu aku kembangkan dan aku belikan binatang ternak serta lembu abdi. Setelah beberapa waktu binatang ternak itu berkembang menjadi besar. Sampai pada suatu waktu ia datang kepadaku untuk meminta upahnya. Kataku: “Semua binatang ternak dan lembu abdi yang kau lihat di lembah itu adalah upahmu”. Kata lelaki itu: “Wahai hamba Allah, apakah engkau mempermainkan aku”. Kataku: “Aku tidak mempermainkan kamu”. Maka ia membawa pergi semua binatang ternak dan para abdi itu. Ya Allah, jika perbuatanku benar-benar ikhlas keranaMu, maka bebaskanlah kami dari himpitan batu besar ini”.

Maka dengan izin Allah batu besar itu bergerak, sehingga ketiga orang itu dapat keluar dengan selamat.41

41 Hadis Hasan Sahih, Muttafaq Alaih

Hadis Kedua

Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Rasulullah saw. Pernah bersabda :

“Tidak ada seorang bayi yang dapat berbicara ketika masih dibuaian ibunya, kecuali tiga orang, iaitu Isa putra Maryam as, seorang bayi di masa Juraij An Nasik, dan seorang bayi lainnya. Tentang Isa putra Maryam, kamu telah mengetahui kisahnya.

Tentang Juraij, ia adalah seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil. Ia mempunyai seorang ibu. Juraij gemar ibadah. Ketika ibunya rindu kepadanya, maka ia memanggil nama Juraij. Tetapi Juraij tidak memenuhi panggilan ibunya, ia hanya berkata: “Ya Allah, apakah sebaiknya aku memenuhi panggilan ibuku, ataukah

aku meneruskan ibadahku?” Ibunya memanggilkannya sampai tiga kali, tetapi Juraij masih meneruskan ibadahnya tanpa memenuhi panggilannya. Maka ibunya kecewa, sehingga ia berdoa :

“Ya Allah, jangan Engkau matikan putraku itu sampai setelah Engkau menemukannya dengan seorang wanita pelacur”. Kebetulan di tempat itu, ada seorang wanita pelacur. Ia berkata: “Aku akan merayu Juraij sampai ia berbuat zina denganku”. Maka ia mendatangi Juraij dan merayunya, tetapi Juraij tidak mempedulikannya. Akhirnya wanita pelacur itu merayu seorang petani yang kebetulan bermalam di samping tempat ibadah Juraij, sampai ia hamil dari petani itu. Selanjutnya ia mendatangi Juraij sambil membawa anak haramnya dari si petani. Kemudian ia berkata kepada orang banyak: “Bayiku ini adalah dari hasil hubungan gelapku dengan Juraij”. Mendengar ucapan wanita pelacur itu, maka Bani Israil mendatangi tempat ibadah Juraij, kemudian mereka menhancurkannya dan merejam Juraij secara beramai-ramai. Maka Juraij melakukan solat dan ia berdoa. Kemudian ia menyentuh tubuh bayi itu dengan jari telunjuknya seraya berkata:

“Wahai anak bayi, siapa ayahmu?” Anak bayi itu berkata: “Ayahku adalah seorang petani”. Maka masyarakat Bani Israil menyesali perbuatannya terhadap Juraij dan mereka minta maaf kepadanya. Mereka berkata: “Kalau engkau mahu, kami akan

membangun kembali tempat ibadahmu dari emas atau perak, tetapi tawaran mereka ditolak, sehingga mereka membangunnya kembali seperti semula. Itulah kisah bayi yang dapat berbicara di masa Juraij.

Adapun kisah bayi yang lain, ada seorang wanita yang tengah menyusui anak bayinya. Ketika ada seorang pemuda tampan lewat di depannya, maka ibunya berkata: “Ya Allah, jadikan putraku ini seperti pemuda itu.” Maka dengan spontan bayinya berkata: “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti pemuda itu.” Selanjutnya ketika ada seorang wanita yang tertuduh mencuri dan berzina sedang lewat di depan ibunya, maka ia berkata: “Ya Allah, jangan Engkau jadikan putraku ini seperti wanita itu”. Maka bayinya berkata: “Ya Allah, jadikan aku sepertinya”. Maka

ibunya bertanya: “Mengapa engkau berdoa seperti itu?” Bayinya berkata: “Pemuda tampan yang lewat di sini tadi adalah seorang yang bengis dan kejam dan aku tidak ingin menjadi sepertinya. Adapun si wanita yang dituduh sebagai pencuri dan pelacur, sebenarnya ia bukan pencuri mahupun pelacur, dan ia hanya berkata: “Aku hanya pasrahkan diriku kepada Allah”.42

42 Hadis riwayat Bukhari dan Muslim

ANTARA KARAMAH UMAT NABI MUHAMMAD SAW.

Pertama

Dari Abu Saeed Al-Khudri, beliau berkata : “Pada suatu malam ketika Usaid ibnu Khudhair sedang membaca Al Qur’an di pekarangan rumahnya, tiba-tiba kudanya melonjak-lonjak, sampai ia menghentikan bacaannya. Kemudian ketika ia melanjutkan bacaannya lagi, anehnya, kudanya melonjak-lonjak lagi, sampai ia menghentikan bacaannya. Kata Usaid: “Maka aku takut kalau kudaku menginjak Yahya, putraku. Ketika aku berdiri, tiba-tiba aku lihat di atas kepalaku ada naungan cahaya dan ia membumbung ke atas lambat-lambat sampai menghilang dari pandanganku.

Kedua

Dari Aisyah r.a, beliau berkata :

“Abu Bakar Ash Shiddiq pernah memiliki dua puluh gantang buah kurma yang diberikan kepadaku. Ketika saat kematiannya tiba, maka ia berkata; “Wahai putriku, tidak seorang pun yang lebih kucintai dan lebih aku takuti kesusahannya darimu, dulu aku pernah berikan kepadamu dua puluh gantang buah kurma, kalau dulu telah engkau pakai, tentunya aku tak akan mempersoalkannya, tetapi pada hari ini harta itu akan jadi harta waris setelah aku tiada. Harta itu boleh engkau bagi dengan kedua saudara lelakimu dan kedua saudara perempuanmu, bagilah harta

waris itu menurut hukum Kitabullah.” Kata Aisyah: “Maka aku berkata: “Wahai ayah, kami tidak keberatan untuk membaginya, tetapi putrimu hanya Asma dan aku, maka siapakah putrimu yang lain?” Kata Abubakar: “Kini ia masih dalam perut ibunya,

yaitu Habibah binti Kharijah ibnu Zaid, kulihat, ia adalah perempuan.”

Setelah ia wafat, memang benar yang lahir adalah anak perempuan, ia diberi nama Ummu Kaltsum binti Abubakar.43

43 Hadis riwayat Malik dalam kitab Al-Muwatha’

kata kata

★𝘽𝙖𝙘𝙖 𝙞𝙣𝙞 𝙥𝙚𝙡𝙖𝙣-𝙥𝙚𝙡𝙖𝙣 ★ ~•𝙊𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙖𝙘𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙩𝙚𝙣𝙩𝙪 𝙜𝙖 𝙗𝙖𝙞𝙠,𝙩𝙖𝙥𝙞 𝙠𝙖𝙡𝙖𝙪 𝙤𝙧𝙖...