Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.
“Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji,” pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.
Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. “Uwais gila.. Uwais gila…” kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.
Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.
Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.
Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.
Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka’bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa. “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais. “Bagaimana dengan dosamu?” tanya ibunya heran. Uwais menjawab, “Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga.”
Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.
Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka’bah karena Rasullah SAW berpesan “Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua.”
“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan).” (HR. Bukhari dan Muslim)
CERITA KEHIDUPAN UWAIS AL QORNI
Pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.
Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.
Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.
Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.
Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”
Betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.
Uwais Ai-Qarni Pergi ke Madinah
Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.
Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.
Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.
Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”
Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”
Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?
Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.
Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.
Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do’a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta do’a pada kalian.”
Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”
Pandangan Rasulullah Terhadap Uwais Al Qarni
Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- menggambarkan tentang Uwais Al Qarni, beliau bersabda, "Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya Allah mencintai di antara makhlukNya para sahabat yang tersembunyi (tidak terkenal) dan taat, rambut mereka kusut, wajah mereka penuh debu, dan perut mereka kosong kecuali dari harta yang halal.
Mereka adalah orang-orang yang apabila meminta izin kepada para penguasa tidak akan diizinkan, apabila melamar wanita wanita kaya tidak akan dinikahkan, apabila tidak hadir tidak akan dicari-cari, apabila hadir tidak akan dipanggil, apabila mereka muncul maka kemunculannya itu tidak akan membuat senang, apabila sakit tidak dijenguk dan apabila meninggal dunia tidak disaksikan."
Para sahabat bertanya, "wahai Rasulullah, bagaimana hubungan kami dengan salah seorang dari mereka?"
Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam-menjawab, "Dia adalah Uwais Al Qarni."
Mereka bertanya lagi, "Siapakah Uwais Al Qarni?"
Rasulullah bersabda, "Dia adalah seorang laki laki yang bermata biru, berambut pirang, dadanya bidang, perawakannya sedang, dan kulitnya sawo matang. Dia senantiasa menundukkan pandangannya, menaruh dagunya di tempat sujud, meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya sambil membaca Al Quran lalu menangisi dirinya sendiri.
Dia mengenakan pakaian dan mantel dari kain wol, tidak dikenal di kalangan penduduk bumi, namun sangat terkenal di kalangan penghuni langit. Apabila dia bersumpah dengan nama Allah maka dia pasti melaksanakannya dengan benar. Di bawah bahu sebelah kirinya ada bintik putih.
Pada hari kiamat kelak akan dikatakan kepada hamba hamba Allah, 'Masuklah kalian ke dalam surga.' Namun dikatakan kepada Uwais, 'Berhentilah dan berikanlah syafaat.' Lalu dia meminta syafaat kepada Allah untuk orang orang yang jumlahnya sama dengan suku Rabiah dan Mudhar.
Wahai Umar, wahai Ali, jika kalian berdua bertemu dengannya maka mintalah dia supaya memohonkan ampunan bagi kalian berdua, niscaya Allah akan mengampuni kalian berdua." [Al Hilyah, Abu Nu'man (II/81-82)
Kisah Uwais dan Ibunya
Dari hadits rasulullah di atas menunjukkan bahwa beliau memiliki banyak keutamaan dan kemuliaan, sampai-sampai doanya selalu dikabulkan oleh Allah ta'ala. Lantas apa yang membuatnya menjadi seperti itu??
Ya, hal itu disebabkan karena Uwais Al Qarni sangat berbakti kepada orangtuanya terutama pada Ibunya. Salah satu kisahnya yang paling terkenal adalah saat menggendong ibunya dari Yaman ke Mekkah. Berikut ceritanya..
Dahulu Uwais hanya memiliki ibu yang sudah tua. Apapun permintaan dan keinginan sang ibu selalu ia turuti. Hanya satu permintaan ibunya yang kala itu sulit sekali ia turuti, yaitu pergi haji
Zaman dulu jika harus pergi ke Makkah maka harus melewati gurun pasir yang tandus, panas dan membutuhkan kendaraan serta bekal yang banyak untuk menuju Makkah. Maka dari itu Uwais sangat kebingungan, di sisi lain ia adalah orang yang sangat miskin dan tidak mempunyai perbekalan serta kendaraan untuk menghajikan ibunya.
Namun Dia tetap ingin menuruti permintaan ibunya. Uwais terus berpikir dan mencari cara agar bisa menuruti permintaan ibunya tersebut. Akhirnya ia menemukan cara yang sangat nekat. Uwais membeli seekor lembu dan membuat kandang di bukit. Setiap hari Uwais menggendong lembu tersebut dari bawah sampai ke bukit, sehingga banyak yang mengira Uwais sudah gila.
Tapi, tahukah Antum untuk apa Uwais melakukan hal tersebut? Ternyata hal itu dilakukannya sebagai bentuk latihan agar kuat menggendong ibunya ke Makkah. Subhanaallah..
Delapan bulan berlalu, lembu itu semakin gemuk dan ototnya Uwais pun semakin kuat. Tibalah waktu musim haji, Uwais mendatangi ibunya dan menyanggupi permintaannya. Namun ibunya benar-benar tidak mengira kalau Uwais akan menggendongnya sampai Makkah. Baginya ini cara yang sangat nekat.
Akhirnya Uwais menggendong ibunya yang sudah lumpuh tersebut dari Yaman ke Makkah untuk melaksanakan haji. Subhanallah, perjalanan yang sulit ia tempuh demi baktinya pada sang ibu. Uwais berjalan dengan tegap dan kuat sampai ke Makkah bahkan ketika tawaf pun Uwais tetap menggendong ibunya. Sang ibu sangat terharu dan menangis karena telah melihat Ka'bah. Di hadapan Ka'bah Uwais al Qarni berdoa, "Ya Allah ampunilah semua dosa ibuku."
Ibunya pun bertanya, "Bagaimana dengan dosamu?"
"Dengan terampuninya dosa ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari ibu yang akan membawaku ke surga." Jawab Uwais dengan tulus dan ikhlas.
Allah memberikan karuniaNya kepada Uwais, kesembuhan pada penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih pada tengkuknya (ada yang mengatakan pada telapak tangan). Hal itu sebagai tanda agar Uwais mudah dikenali sesuai sabda Nabi kepada Umar dan Ali, bahwa kelak mereka akan bertemu dengan pemuda yang mempunyai tanda bulat putih pada telapak tangannya, yaitu Uwais al Qarni.
Kisah Mengharukan Uwais dan Umar bin Khattab
Setelah beberapa tahun yang lalu, apabila telah datang kepada Umar sekelompok dari Yaman, beliau selalu bertanya, "Apakah di antara kalian ada yang bernama Uwais bin Amir?" Umar benar-benar tidak pernah lupa akan sabda nabi shalallahu alaihi wassalam. Oleh karenanya Umar selalu mengkhususkan pertanyaan dengan menyebut namanya langsung kepada penduduk dari Yaman.
Hingga akhirnya Umar ditaqdirkan Allah untuk bertemu Uwais yang zuhud. Saat utusan dari Yaman datang kepadanya, dia kembali bertanya, "Apakah di antara kalian ada yang bernama Uwais bin Amir?" Mereka menjawab, "ya." Lalu Umar pun berjalan mendatangi Uwais dan bertanya, "Apakah engkau Uwais bin Amir?"
Dia menjawab, "Ya."
Umar bertanya lagi, "Dari Bani Murad kemudian Bani Qaran?"
Uwais menjawab, "Ya."
Umar bertanya lagi, "Apakah engkau pernah terkena penyakit belang, lalu Allah menyembuhkannya kecuali yang tersisa hanya sebesar dirham?"
Uwais menjawab, "ya"
Umar bertanya lagi, "Apakah engkau memiliki Ibu?" Uwais menjawab, "ya."
Umar Bin Khattab pun berkata, "Aku mendengar Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- bersabda , 'Akan datang kepada Uwais bin Amir bersama utusan yang datang dari Yaman dari Bani Murad, dia memiliki penyakit belang lalu Allah menyembuhkannya kecuali yang tersisa hanya sebesar dirham, dia memiliki seorang ibu yang sangat dia taati dan dia perlakukan dengan baik.
Apabila dia bersumpah atas nama Allah maka dia akan melaksanakannya dengan benar, jika engkau mampu untuk meminta kepadanya agar dia memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah.'
Dari hadits nabi di atas, maka Umar memohon agar Uwais mau mendoakan ampunan untuknya. Umar berkata, "Mohonkanlah ampunan untukku wahai Uwais."
Uwais menjawab, "Apakah pantas orang sepertiku memohonkan ampunan untuk orang sepertimu wahai Amirul Mukminin?"
Namun Umar terus mengulangi permohonannya. Maka Uwais pun memohonkan ampunan untuknya seraya berdoa, " Ya Allah ampunilah Umar Bin Khattab."
Kemudian Umar Bin Khattab kembali bertanya, "Kemana engkau akan pergi ?"
Uwais menjawab, "Aku akan pergi ke Kufah."
Umar berkata, "Bolehkah aku menuliskan surat untukmu kepada penguasa di sana?"
Uwais menjawab, "Aku lebih senang jika berada di antara orang-orang awam yang tidak terkenal di sana."
Lalu Umar melanjutkan perkataannya kepada Uwais, "Siapakah orang yang engkau tinggalkan di Yaman?"
Uwais menjawab, "Aku meninggalkan ibuku." Kemudian Umar terus mendesak lagi untuk memohonkan ampunan baginya,
Umar pun berkata kepada Uwais, "Sejak hari ini engkau adalah saudaraku maka janganlah engkau meninggalkan aku."
Pada saat itu Uwais melepaskan diri dari tangan Umar dan pergi ke Kufah untuk mencari rezeki serta mendekatkan diri kepada majelis para ulama dan orang-orang zuhud di negeri Irak.
Ketika Uwais hendak meninggalkan Umar bin Khattab untuk pergi ke Kufah, Umar bin Khattab berkata kepadanya, "Tetaplah di tempatmu, semoga Allah merahmatimu. Sampai aku masuk ke Makkah lalu memberimu tunjangan hidup dari harta pemberian pribadiku dan beberapa helai pakaian dari pakaian milikku."
Kemudian Umar menyakinkan lagi seraya berkata, "Tunggulah di sini wahai Uwais, tempat ini tempat perjanjian antara aku dan engkau."
Maka Uwais berkata, "Wahai Amirul Mukminin, tidak ada tempat perjanjian antara aku dan engkau, aku tidak yakin engkau akan mengenali aku lagi setelah hari ini, apa yang dapat aku lakukan dengan tunjangan itu wahai Amirul Mukminin dan apa yang dapat aku lakukan dengan pakaian itu? Bukankah engkau melihat saat ini aku mengenakan pakaian dari mantel kain wol? Pada saat engkau bertemu aku lagi, bisa jadi aku telah merobeknya, bukankah engkau melihat kedua sandalku ini ditambal? Pada saat engkau bertemu aku lagi, bisa jadi keduanya telah usang.
Wahai Amirul Mukminin di antara aku dan engkau ada rintangan yang menghalangi dan tidak dapat dilampaui kecuali orang yang kurus dan memiliki sedikit harta, maka jadikanlah aku orang yang sedikit hartanya. Semoga Allah merahmatimu wahai Amirul Mukminin, engkau dan aku akan berpisah di tempat ini."
Lalu Umar pun pergi ke Mekkah seraya mengucapkan salam perpisahan kepada Uwais yang berlalu pergi sambil menggiring untanya, lalu dia memberikan unta itu kepada pemiliknya, dia meninggalkan penggembalaan dan setelah itu dia hanya menghadapkan dirinya untuk beribadah. Nah begitulah kisah Uwais al Qarni bersama Khalifah Umar bin Khattab radiyallahuanhu.
Wafatnya Uwais Al Qarni
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab yang merupakan masa dimana penaklukan Islam sedang berlangsung begitu dahsyat, kaum muslimin pergi untuk memerangi Negeri Azerbaijan dan mencoba untuk menaklukkannya, maka jatuhlah panji-panji kemusyrikan dan berjayalah panji-panji Islam di semua tempat.
Abdullah bin Salamah salah seorang pahlawan pada pertempuran Azerbaijan, dia bercerita tentang wafatnya Uwais Al Qarni. "Kami memerangi Azerbaijan pada masa pemerintahan sahabat Umar Bin Khattab dan pada saat itu Uwais Al Qarni ada bersama kami, setelah kami kembali dari pertempuran kami merasakan bahwa dia sakit maka kami pun membawanya dan mengobatinya semampu kami, namun dia tidak dapat bertahan dan meninggal dunia, lalu Kami pun berhenti dan ternyata di sana ada sebuah kuburan yang telah digali, air yang mengalir terus-menerus, kain kafan dan balsam. Maka kami pun memandikannya, mengkafaninya, menshalatkannya dan menguburkannya.
Lalu sebagian dari kami berkata kepada sebagian yang lain, "Seandainya kita kembali lagi ke tempat itu maka kita pasti mengenali kuburannya." Kemudian kami kembali lagi ke sana, namun kami tidak menemukan kuburan atau bekas apapun.
Berita meninggalnya Tabiin Uwais al Qarni telah tersebar kemana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa Uwais al Qarni sebenarnya. Selama ini tidak ada yang mengetahuinya sehingga banyak penduduk Yaman yang tidak tahu keutamaannya. Selain itu hal ini juga disebabkan karena permintaan Uwais kepada Umar agar merahasiakan tentangnya.
Dan setelah meninggal para penduduk Yaman baru mendengar sabda Nabi mengenai Uwais yang terkenal di langit dan tidak di bumi.
Subhanallah, kisah Uwais al Qarni sangat patut dijadikan pelajaran untuk kita semua. Ia memiliki amalan yang sangat mulia, berbakti pada ibunya sehingga banyak orang yang meminta doa kebaikan melalui perantaranya. Apalagi Nabi sudah menyampaikan jauh-jauh hari bahwa doa Uwais akan terkabulkan. Sungguh mengharukan [Kitab Ashrut Tabiin (kisah para tabiin), Syaikh Abdul Mun'im Al Hasyimi, Ummul Qura II/307-323 dengan banyak perubahan bahasa dan tata letak]
Kata Mutiara Uwais Al Qarni
Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi sering kali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.
Dalam hidup,terkadang kita lebih banyak mendapatkan apa yang tidak kita inginkan. Dan ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, akhirnya kita tahu bahwa yang kita inginkan terkadang tidak dapat membuat hidup kita menjadi lebih bahagia
Semoga kamu mendapat cukup kebahagiaan untuk membuat kamu bahagia, cukup cobaan untuk membuat kamu kuat, cukup penderitaan untuk membuat kamu menjadi manusia yang sesungguhnya, dan cukup harapan untuk membuat kamu positif terhadap kehidupan.
Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik kepada kekayaannya karena kekayaan dapat musnah. Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah.
Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangannya, tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya.
Harta yang paling menguntungkan ialah SABAR. Teman yang paling akrab adalah AMAL. Pengawal peribadi yang paling waspada DIAM. Bahasa yang paling manis SENYUM. Dan ibadah yang paling indah tentunya KHUSYUK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar