Pada 9 November 2015 saat kajian Majelis Jalsatul Itsnain Majelis Rasulullah SAW, Pengasuh Majelis Warotsatul Musthofa Jakarta, Sayyidil Habib Muhammad Albagir bin Alwy bin Yahya menceritakan.
Bahwa belum lama ini kurang lebih seminggu yang lalu, ada seorang jama’ah yang sedang dalam perjalanan melihat seorang anak kecil yang mengalami kecelakaan tertabrak di depan kendaraanya. Waktu itu tidak ada seorang pun yang berani menolong, akan tetapi jama’ah tersebut tergerak hatinya untuk menolong si anak ini.
Saat jama’ah tersebut melihat, ternyata “maaf” hancur kepala anak itu. Kemudian segera dibawanya anak tersebut ke salah satu rumah sakit terdekat, tetapi melihat keadaan yang parah dari si anak, rumah sakit tersebut pun tidak mampu menerima dan tidak sanggup untuk mananganinya. Kemudian bergegaslah jama’ah tersebut membawa anak ini ke rumah sakit berikutnya.
Dengan penuh keyakinan dan harapan besar atas kesembuhan anak ini, dalam perjalanan ia pun terus bertawasul berdoa memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mengatakan, “Ya Allah, dengan keberkahan Guru Mulia Alhabib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz dan dengan keberkahan Syech Abu Bakar bin Salim, mohon tolong Ya Allah anak ini!”. Ia bertawasul dari hatinya yang paling jujur kepada Allah. Kemudian, sampailah ia ke dalam rumah sakit, lalu ditangani oleh dokter, dan diobati segala macam.
Setelah mendapatkan pertolongan pengobatan, subhanallah dirapikan kepalanya, sampai dokter berkata, “Ini terkena selaput otaknya”, sehingga dilakukanlah tindakan operasi oleh pihak dokter. Singkat cerita, selesai operasi, sadarlah anak ini. Setelah sadar dengan polosnya ia mengatakan, “Dimana orang yang tadi memberi saya makanan, yang pakai sorban di kepalanya?” Seisi ruangan tersebut pun dibuat bingung oleh pertanyaan si anak.
Lalu jamaah yang menolong anak ini pun balik bertanya, “Yang mana? Saya membawa kamu ke sini sendiri, tidak ada orang lain, tidak ada orang yang mengenakan sorban. Hanya saya, yang pakai pakaian kantor”. Tapi hatinya jujur, mungkin anak ini belum pernah bertemu dengan guru mulia. Kemudian dilanjukan oleh si anak dengan mengatakan, “Itu… yang jenggotnya merah”. Mendengar pernyataan anak ini, teringatlah Habibana Umar bin Hafidz dibenak jama’ah tersebut.
Lalu ia ambil handphone miliknya dan mencari foto guru mulia kemudian ia tunjukan kepada anak ini dan menanyakan, “Yang ini kah orangnya?”. Dan lagi-lagi dengan polosnya si anak itu menjawab, “Iya, yang ini orangnya, tadi dia kasih makan saya yang enak-enak”.
Karomah Habib Umar bin Hafidz Lolos Dari Kepungan Lawan
Beliau Alhabib Quraisy Baharun adalah saudara dan teman sepondok Al Habib Husin Abu Bakar Ba'abud (Ro-Sho), dan menantu Al habib Musthofa bin Muhammad bin Thohir Ba'abud, Kediri. Selain aktif dalam berdakwah, mengasuh santri, memimpin Majelis, ternyata beliau juga ahli dalam harkah atau ilmu bela diri. Ada kisah menarik tentang beliau, ketika masih belajar di "Daarul Musthofa" asuhan Al Habib Umar bin Hafidz.
Alkisah Suatu ketika guru beliau, yaitu Al Habib Umar bin hafidz diundang dalam sebuah acara "seminar" atau yang semisal sebagai nara sumber, untuk menyampaikan hujjah atau penjelasan terkait dengan amaliyah amaliyah Ahlussunnah wal jamaah, yang sering disebut oleh kelompok tertentu sebagai sebuah ajaran yang tidak ada tuntunan sunnah.
Acara seminar dilaksanakan di dalam gedung tertutup dan jauh dari pantauan umum. Sebuah insiden ("sabotase" mungkin) terjadi di tengah tengah acara. Tiba tiba listrik padam, dan dalam suasana gelap gulita ini Al habib Umarpun tiba tiba diserang oleh para peserta seminar, yang mayoritas adalah kaum yang kurang sefaham dengan beliau. Beliau dipukul, di tendang, entahlah apa yang sedang bisa anda bayangkan, "na'uudzubillah...., na'uudzubillah".
Dan kabar inipun langsung terdengar oleh santri santri Darul Musthofa. Maka tanpa pikir panjang berangkatlah dua jawara pondok menuju lokasi, yaitu Alhabib Quraisy Baharun, Cirebon dan Al Habib Sholeh Al Jufri, Solo. Begitu sampai lokasi, beliau berdua nampak marah besar dan tidak sabar untuk masuk kedalam gedung, dimana guru mulia Al Habib Umar bin Hafifz sedang dalam bahaya. Alhabib Quraisy tidak berfikir untuk lapor Polisi, atau mengajak pasukan dari teman teman pondok, beliau justru berangkat sendiri dengan Al Habib Sholeh Al Jufri saja.
Sebelum bisa menembus masuk kedalam gedung yang tertutup itu, beliau bertanya kepada seseorang (mungkin kepada supir dari Al Habib Umar) : "Apa kepada supir dari Al Habib Umar) : "Apa benar, ada insiden, bahwa guru kita sekarang sedang dalam bahaya begini...., begitu..... di dalam sana...?" Dia menjawab : "Ya, benar, tadi guru kita menyampaikan materi ini itu, lalu tiba tiba ada suara seperti perdebatan hebat, lalu listrik padam, lalu para hadirin ramai ramai menghajar guru kita, dan insiden itupun masih berlangsung sampai sekarang".
Alhabib Quraisy : "Lalu, bagaimana keadaan guru kita...?"
Dijawab : "Itu...., guru kita baik baik saja, tidak merasa disentuh oleh siapapun, beliau sedang istirahat, nyantai dalam mobil, dan entahlah.... siapa yang saat ini sedang dihajar, dipukuli didalam sana....".
Aku teringat ayat 157 surat An-nissa :
ﻭَﻣَﺎ ﻗَﺘَﻠُﻮﻩُ ﻭَﻣَﺎ ﺻَﻠَﺒُﻮﻩُ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﺷُﺒِّﻪَ ﻟَﻬُﻢْ .
Subhaanallah.....
Karomah Habib Umar bin Hafidz Muncul Lafadz di Keningnya
Sayyid Salim bin Umar bin Hafidz menceritakan, salah satu "karomah" yang pernah ia lihat dari sang ayah, Habib Umar bin Hafidz: "Dulu ... sempat tampak cahaya berbentuk lafadz Allah di kening ayahku(Habib Umar bin Hafidz), melihat "keajaiban" itu, kamipun memberitahu beliau akan hal itu, akan tetapi ia sama sekali tidak mempedulikan ucapan kami, ia bahkan sama sekali tak melihat ke kaca untuk memastikan apakah hal itu benar atau tidak."
Ketika akhirnya banyak orang-orang yang berkata padanya bahwa mereka memang melihat ada lafadz Allah yang tertulis di keningnya,ia hanya berkata pada mereka: "aku lebih tahu siapa diriku yang hina ini daripada kalian."
Al-Habib Qasim bin Husain al-Atthos (Khadim Guru Mulia ketika di Darul Mushthofa), menceritakan kejadian yang beliau dengar langsung dari lisan al-Habib Muhammad bin Umar bin Hafidz (putra Guru Mulia).
Suatu waktu, murid al-Habib Umar bin Hafidz di Bruthonia, Inggris membuat acara semacam seminar dalam satu gedung yang berkapasitas 3.000 peserta yang kesemuanya dari kalangan profesor, doctor, dan kalangan terpelajar, namun kesemuanya beragama non-muslim.
Seperti biasa sebelum berceramah Guru Mulia terlebih dahulu membaca Ratib al-Atthos, Maulid adh-Dhiyaul Lami' yang telah ada terjemahan bahasa Inggrisnya.
Di saat mahallul qiyam (berdiri di tengah pembacaan maulid Nabi Saw), semua ikut berdiri dan hampir semua peserta menangis.
Selesai pembacaan maulid Nabi Saw, Guru Mulia al-Habib Umar bin Hafidz pun memberikan ceramah.
Akhirnya ceramah usai, dan Guru Mulia keluar dari gedung hendak menuju ke mobil. Sesampainya di mobil, ternyata murid al-Habib Umar dari pihak crew event tersebut meminta beliau untuk masuk kembali karena katanya jamaah di dalam gedung masih belum puas mendengar ceramah Guru Mulia.
Akhirnya Guru Mulia balik dan kembali lagi ke gedung tersebut.
Setelah beliau naik panggung, beliau bertanya ke seluruh peserta seminar :
"Kenapa kalian memanggilku kembali...?".
Jawab peserta, "Kami ingin masuk Islam, mengucapkan syahadat melaluimu".
Subhanallah, tidak kurang dari 2.900 peserta masuk Islam pada waktu itu.
ALLAHU AKBAR...!
Sholu Alan Nabi Muhammad SAW......
Sekian tulisan tentang karomah Habib Umar bin Hafidz yang bisa kami bagi. semua kisah diatas kami rangkum dari berbagai sumber terpercaya terutama melalui website Majelis Rasulullah yang dikisahkan langsung oleh Habib Mundzir bin Fuad Al Musawwa. tentunya masih banyak lagi segudang karomah yang beliau miliki yang tidak terangkum dalam artikel ini. semoga kita kelak di akhirat dikumpulkan bersama orang orang shaleh. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar